Sidoarjo (ANTARA News) - Proses evakuasi dan pencarian jenazah korban ledakan pipa gas milik Pertamina di sekitar pusat luapan lumpur Lapindo Brantas, Inc, Porong, Sidoarjo, Senin terpaksa dihentikan karena luapan lumpur makin meninggi. Menurut Kasi Operasional Basarnas Surabaya Hernanto di Sidoarjo, Senin, medan luapan lumpur panas sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan pencarian. "Lumpur makin meninggi dan pekat. Ini membahayakan untuk pencarian," katanya. Selain ketinggian lumpur, manuver ekskaponton juga tidak sampai ke dasar luapan lumpur, karena kedalaman lumpur kini mencapai sekitar enam meter, sementara belalai ekskaponton hanya bisa menjangkau sampai tiga meter. "Kalau dipaksakan hasilnya tidak maksimal," kata Hernanto. Sebelumnya, ia mengatakan bahwa evakuasi dan pencarian korban itu akan dilakukan selama seminggu. Setelah itu tim SAR akan ditarik, kecuali ada permintaan khusus. Ny. Yulinawati, istri Rudi Tri Hariadi, salah satu korban asal Perumahan Taman Anggun Sejahtera (TAS) I Desa Kedungbendo, mengatakan sampai saat ini keluarganya masih menunggu perkembangan dari Timnas, terkait pencarian Rudi Tri Hariadi yang diduga tewas dan tertelan lumpur panas di pond (kolam penampungan). Menurut dia, keluarganya sangat menginginkan kabar nasib suaminya, apapun yang terjadi. Karena itu, ia akan menghubungi Ketua Timnas, Basuki Hadimuljono untuk tetap diupayakan pencarian korban yang belum ketemu. "Saya dan keluarga sangat berharap jasad suami saya segera ditemukan," katanya. Selain Rudi, seorang korban ledakan, Rabu (22/11) lalu yakni Eddy, sopir dump truk, hingga kini juga belum ditemukan. Rudi yang berstatus pegawai Pemkot Surabaya, hilang saat mengabadikan gambar ledakan pipa gas Pertamina di areal bencana lumpur Lapindo Brantas dengan handycame. Kapten Afandi, Danramil Balongbendo Sidoarjo yang membonceng Rudi, sudah ditemukan dalam keadaan tewas. Namun, Rudi hingga kini belum ditemukan. Ledakan pipa gas disertai kebakaran hebat di sekitar pusat semburan lumpur Lapindo, Rabu (22/11) lalu menewaskan 11 orang dan dua orang belum ditemukan (hilang), yang diduga juga tewas.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006