Parma (ANTARA News) - Kapten klub papan bawah Liga Utama Italia Parma, Alessandro Lucarelli, mengatakan otoritas sepakbola Italia (FIGC) seolah menutup mata atas kebangkrutan yang diderita Parma.

Parma teracam bangkrut kendati Tommaso Ghirardi sudah berupaya menjual klub kepada Rezart Taci pada bulan Desember 2014.

Lucarelli mengatakan kepada La Gazzetta dello Sport bahwa FIGC hanya ingin semua klub menyelesaikan musim kompetisi tanpa memikirkan klub yang gagal seperti Parma.

"Kami merasa ditinggalkan, terutama oleh federasi dan lembaga, seperti tidak ada yang memikirkan Parma sampai beberapa hari yang lalu. Mereka hanya muncul ketika mereka menyadari kami tidak akan bermain pada hari Minggu," kata Lucarelli kepada La Gazzetta dello Sport, Selasa.

"Sekarang kami harus melihat kepedulian mereka kepada Parma atau hanya memikirkan Liga Serie A bisa berakhir," kata Lucarelli mantan pemain Fiorentina itu.

"Otoritas harus mengawasi hati-hati, ada tanda merah, tetapi mereka berpaling dan pura-pura tidak melihat. Ini tanggung jawab mereka," katanya

Hari ini juru sita pengadilan Italia berada di tempat latihan Parma, Collecchio, untuk menyita sejumlah aset klub berupa kendaraan staf medis, peralatan medis dan peralatan olahraga senilai 500 ribu euro.

Di sisi lain, Parma memiliki 226 pesepakbola namun sebagian besar dari jumlah itu justru dipinjamkan ke berbagai klub.

Analis Sky Sport Italia menjelaskan apa yang dilakukan Parma disebut "plusvalenze" atau trik mendaftakan sejumlah pemain untuk menaikkan aset klub sehingga seolah-olah ada keseimbangan dalam neraca keuangan klub.

Pluzvalenze sudah menjadi hal umum di sepakbola Italia sampai beberapa tahun yang lalu, namun kelonggaran otoritas Italia membuat aksi itu meningkat.

Football Italia, Selasa, mewartakan sejak Juli 2014 sampai saat ini para pemain Parma belum dibayar dan sejumlah staf klub baru dibayar sampai November 2014.

"Tidak ada yang dibayar di Parma. Para pemain bisa menunggu beberapa bulan, tetapi ada keluarga memerlukan seribu euro per bulan namun belum menerima satu sen pun. Ini dramatis bagi orang-orang yang butuh makan dari gaji tersebut," kata Lucarelli.

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015