... perlu lebih banyak penerbangan masuk, lebih banyak kapal masuk...
Jenewa (ANTARA News) - PBB, Jumat, menyerukan jeda kemanusiaan segera di Yaman, setidaknya beberapa jam setiap hari, untuk memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke negara berkecamuk itu masuk.

Palang Merah Internasional dan UNICEF, Jumat, akhirnya berhasil mendaratkan dua pesawat berisi bantuan medis di negara tersebut --bantuan pertama yang mencapai Sanaa sejak serangan udara dipimpin Arab Saudi terhadap pemberontak Syiah dimulai pada Maret.

Namun Johannes Van Der Klaauw, koordinator kemanusiaan PBB di Yaman, bersikeras bantuan yang masuk itu masih jauh dari cukup.

Kepada wartawan di Jenewa, ia menyerukan jeda kemanusiaan segera dalam konflik ini.

"Kami perlu lebih banyak penerbangan masuk, lebih banyak kapal masuk," katanya, dan menekankan ruang udara Sanaa harus dikosongkan selama setidaknya beberapa jam setiap hari untuk membiarkan bantuan masuk.

PBB mencoba bernegosiasi dengan semua pihak dalam konflik untuk memastikan akses masuk yang aman, katanya.

Pemberontak Huthi yang didukung Iran telah merebut sebagian besar wilayah di Yaman sejak mereka masuk Sanaa pada September, sehingga memaksa pemerintah pergi.

Yaman semakin terpuruk dalam kemelut setelah serangan udara dipimpin Arab Saudi dimulai pada 26 Maret untuk memukul mundur pemberontak, setelah mereka memaksa Presiden Abedrabbo Mansour Hadi meninggalkan negara itu.

Badan Kesehatan Dunia mengatakan hampir 650 orang tewas dan lebih dari 2.000 orang cidera dalam pertempuran di Yaman, dan angka sebenarnya bisa lebih tinggi karena banyak warga yang tidak dibawa ke rumah sakit dan langsung dikuburkan, kata Van Der Klaauw.

Ia menegaskan pentingnya membuka "pintu kesempatan" untuk membawa bantuan bagi penduduk sipil di tengah kekhawatiran semakin memburuknya krisis kemanusiaan.

Bahkan sebelum pertempuran terakhir, sekitar 16 juta warga Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan dan hampir separuh dari anak-anak Yaman mengalami malnutrisi kronis.

"Ini sudah menjadi salah satu darurat kemanusiaan paling besar dan kompleks di dunia," kata Van Der Klaauw, dan menekankan bahwa kekerasan akan berisiko mengarah pada kelangkaan pasokan yang parah.

Kelangkaan bahan bakar juga menyebabkan pompa-pompa air akan segera berhenti beroperasi, dan Van Der Klaauw memperingatkan bahwa di Aden sendiri, satu juta orang berisiko kehilangan akses terhadap air minum bersih dalam hitungan hari.

"Situasi di Aden sangat, sangat mengganggu jika tidak mau disebut sebuah bencana," katanya dan memperingatkan bahwa kota terbesar kedua di Yaman itu telah menjadi mangsa "perang urban" dan "milisi tak terkendali".

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015