... negara lain juga sebaiknya dibuka, agar adil...
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas, Deddy Priatna, di Jakarta, Jumat, mengatakan, kompetisi proyek pembangunan jaringan kereta api cepat sekelas shinkansen sebaiknya dibuka lebar agar pemerintah beroleh lebih banyak gambaran tentang itu. 

Ada beberapa negara yang sudah menguasai teknologi kereta api cepat (berkecepatan operasional di atas 150 km/jam) itu, di antaranya Jerman dengan teknologi magnetic levetation, Prancis dengan jaringan TGV-nya, Jepang, dan China. 

Jika ini terbangun, waktu tempuh Jakarta-Cirebon hanya sekitar 90 menit saja atau bisa lebih cepat lagi.

Tentang ini, studi awal fase 1 senilai hingga 6 juta dolar Amerika Serikat dengan target penyelesaian akhir 2015 telah dibuka. Adalah Jepang dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) yang melakukan ini pada rute Jakarta-Bandung. 

Sudah umum diketahui Jepang dan China sangat berhasrat dalam proyek gigantis dari sisi modal, teknologi, sistem, dan budaya bertransportasi ini.

"Kalau Tiongkok dibuka, Jepang dibuka, negara lain juga sebaiknya dibuka, agar adil," kata dia. Adapun China baru pada tahap penawaran pada fase studi kelayakan awal saja sementara Jepang telah menawarkan komitmen 15 juta dolar untuk studi kelayakan yang dibagi tiga fase. 

Dari hasil studi kelayakan Jepang, ujar dia, diperoleh pertimbangan rute kereta api cepat ini tidak hanya menjadi sarana transportasi Jakarta ke Bandung, melainkan hingga ke Cirebon, Semarang hingga Surabaya.

Jepang memperkirakan total investasi untuk proyek ini sebesar Rp60 triliun. Dari skema yang ditawarkan Jepang, pemerintah juga diminta menanggung investasi sebesar 16 persen, selain BUMN pelaksana kereta api cepat sebesar 74 persen dan swasta 10 persen.

Pemerintah juga akan mempertimbangkan nilai keuntungan atau Financial Internal Rate of Return (FIRR) dari proyek itu. Hasil studi Jepang tentang proyek ini, nilai keuntungan BUMN pelaksana proyek ini akan cukup menguntungkan dalam estimasi waktu tidak terlalu lama.

Hal itu dikarenakan bunga yang ditawarkan dari Jepang cukup rendah di level 0,1 persen. Adapun, nilai FIRR untuk BUMN pelaksana proyek kereta api cepat ini dari studi kelayakan sebesar 0,97.

Pewarta: Indra Pribadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015