Kami meminta kepada Pertamina untuk menunda peluncuran Pertalite, apabila dikemudian hari ingin memasarkannya, harus dikonsultasikan dahulu dengan DPR RI,"
Jakarta (ANTARA News) - Hasil rapat dengan PT Pertamina, Komisi VII DPR meminta agar peluncuran BBM ron90 Pertalite yang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan BBM ron80 Premium ditunda.

"Kami meminta kepada Pertamina untuk menunda peluncuran Pertalite, apabila dikemudian hari ingin memasarkannya, harus dikonsultasikan dahulu dengan DPR RI," kata Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika, saat membacakan hasil kesimpulan rapat.

Menurut anggota DPR produk tersebut harus ditunda peluncurkannya karena sosialisasinya dianggap masih belum cukup, persiapan teknis operasional belum tuntas serta perizinannya belum selesai.

Komisi VII juga mengkhawatirkan keberadaan Pertalite ini dapat membebani masyarakat Indonesia dengan harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan Premium.

Pihak Pertamina sendiri belum memutuskan harga yang tepat untuk Pertalite sendiri.

"Masih dalam pembahasan, yang jelas harganya berada di atas Premium dan berada di bawah Pertamax," kata Direktur Pertamina Dwi Soetjipto.

Dia mengatakan Pertamina menghadirkan Pertalite semata-mata untuk memberikan pilihan kepada konsumen.

Menurut dia BBM jenis Pertalite ini lebih ramah lingkungan dan bagus untuk mesin kendaraan dibandingkan dengan Premium.

Sementara itu, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas menyampaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis ron88 atau Premium tidak akan diganti dengan BBM jenis Pertalite.

"Sesuai kebijakan pemerintah, Premium tetap seperti sekarang. Tidak ditarik atau diganti pertalite. Produk ini hanya varian baru dari Pertamina," kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja.

Lebih lanjut ia menjelaskan, jika Pertalite telah lolos uji maka akan menjadi pilihan tambahan untuk jenis BBM mayoritas yang digunakan masyarakat seperti premium atau pertamax.

Terkait dengan izin untuk Pertalite, ia menuturkan bahwa proses perizinan tidak akan memakan waktu lama karena bukan lah sebuah produk yang benar-benar baru.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015