Jakarta (ANTARA News) - Ratusan perempuan yang berasal dari organisasi perempuan di Jakarta menggelar aksi dan orasi untuk menolak praktek poligami yang akhir-akhir ini menjadi isu kontroversial. Sejumlah tokoh perempuan, seperti mantan ibu negara Shinta Nuriyah, GKR Hemas, Erna Sofyan Sukri, Nurul Arifin, Wimar Witoelar, dan tokoh lain hadir di panggung orasi Gedung Trisula Perwari, Jakarta, Jumat. Sebelumnya ratusan perempuan yang beberapa diantaranya membawa serta anak-anak mereka menggelar aksi demonstrasi menolak poligami di Bundaran Hotel Indonesia sejak pagi hingga pukul 13.30 WIB. Aksi itu dilanjutkan dengan orasi, pemutaran film, dan pembacaan puisi di Gedung Trisula Perwari. Pada kesempatan itu, Direktur LBH APIK Jakarta, Ratna Batara Murti, mengatakan, persoalan poligami dan diskriminasi terhadap kaum perempuan sudah lama menjadi momok yang meresahkan. "Penolakan terhadap poligami selalu berbenturan dengan budaya dan politik patriarki yang dijalankan dengan setia oleh pemerintah dan organisasi yang mengatasnamakan agama," katanya. Dalam rangka memperingati Hari Ibu, ia dan sejumlah anggota pergerakan perempuan meminta semua pihak termasuk para pembuat kebijakan untuk segera membuat langkah-langkah nyata demi menghapuskan setiap bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, khususnya di bidang perkawinan dengan mengurangi praktek poligami dalam masyarakat. "Poligami itu tak lebih merupakan legalisasi penyaluran nafsu laki-laki," katanya. Ratusan perempuan itu juga sepakat menuntut percepatan amandemen Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974. Sementara itu, mantan ibu negara Shinta Nuriyah yang juga sempat menyampaikan orasi mengatakan, setiap tafsir agama yang diskriminatif terhadap perempuan dan sebaliknya perlu segera disebarkan penafsiran ajaran agama yang lebih setara dan adil gender. "Jangan memahami ayat-ayat dalam Al-Quran secara sepotong-sepotong dan tekstual tapi pahamilah secara utuh dan kontekstual," katanya. Shinta juga menyatakan penolakannya terhadap praktek poligami karena praktek tersebut bukan merupakan jaminan kebahagiaan tetapi justru penderitaan dan permasalahan baru dalam kehidupan rumah tangga. Sejumlah organisasi perempuan yang turut terlibat dalam acara tersebut diantaranya Aliansi Pelangi Antar Bangsa, Aliansi Bhinneka Tunggal Ika, Kalyanamitra, PP Muslimat NU, LBHB APIK Jakarta, dan beberapa organisasi perempuan yang lain. Mereka sepakat untuk menuntut semua pihak terutama pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang bebas poligami dan bentuk-bentuk diskriminasi kekerasan lainnya terhadap perempuan dan anak. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2006