Jakarta (ANTARA News) - Reshuffle Kabinet Kerja yang diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini dinilai kental nuansa kompromi.

"Muncul kesan, Presiden setengah hati melakukannya, karena sudah tidak tahan lagi dengan desakan dan tekanan dari berbagai unsur kekuatan pendukungnya," kata Sekretaris Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.

Reshuffle kabinet yang kompromistis itu terlihat pada pergantian menteri Sekretaris Kabinet dari Andi Wijoyanto ke Pramono Anung, dan pergantian Menteri PPN/Kepala Bappenas dari Adrinof Chaniago ke Sofyan Djalil. "Andi dan Adrinof yang dikenal sebagai orang dekat dan sosok kepercayaan Jokowi sepertinya diminta mengalah," katanya.

Dengan kompromi itu, Presiden Jokowi berharap tidak ada lagi rongrongan dari berbagai unsur kekuatan pendukungnya. Dengan Pramono Anung menjabat menteri Sekretaris Kabinet, Presiden berharap kader-kader PDIP berhenti menekannya.

"Bisa dimaklumi kalau Presiden setengah hati melakukan perombakan itu, karena masa bakti Kabinet Kerja baru berjalan 10 bulan," sebut Bendahara Umum Partai Golkar itu.

Kendati begitu, pihaknya ingin memberi perhatian khusus pada perubahan di tim ekonomi kabinet menyusul pergantian Menko Perekonomian dan Menteri Perdagangan. Perekonomian global saat ini diwarnai dengan perang valuta yang disulut oleh China dan Amerika Serikat (AS). China mendevaluasi Yuan sebesar 2 persen untuk menggenjot ekspor.

Sedangkan perekonomian dalam negeri diwarnai dengan isu kelangkaan dan tingginya harga daging sapi akibat ulah spekulan. Setelah daging sapi, bukan tidak mungkin akan muncul masalah pada komoditi kebutuhan pokok lainnya.

"Karena itu, saya mengimbau para menteri ekonomi untuk mewaspadai dan merespons masalah-masalah itu dengan strategi dan kebijakan yang tepat," kata dia.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015