Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data Survei Sosial ekonomi Nasional (Susenas) bulan Maret dan September 2014...
Kupang (ANTARA News) - Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur hingga Maret 2015, 1.159,84 ribu orang (22,61 persen) atau meningkat 168 ribu orang dibandingkan pada September 2014 hanya berjumlah 991,88 ribu orang atau 19.60 persen dari total penduduk.

"Peningkatan jumlah penduduk miskin selama periode September 2014 hingga Maret 2015 dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan pelambatan pada semester I 2015 (4.84 persen) dibanding semester I 2014 (4,93 persen) yang berdampak hingga pola konsumsi hingga di NTT," kata Kepala BPS NTT Anggoro Dwitjahyono kepada wartawan di Kupang, Rabu.

Bukan cuma itu, menurut dia, kenaikan angka kemiskinan di daerah perdesaan dan perkotaan dan perubahan garis kemiskinan yaitu sebesar 10,92 persen telah ikut menjadi pemicu bertambahnya jumlah penduduk miskin di daerah berpenduduk 5,03 juta jiwa itu.

Pemicu lain menurut Anggoro, adalah selama periode September 2014 - Maret 2015 inflasi umum daerah perkotaan sebesar 4,44 persen. Kelompok bahan makanan pada periode ini mengalami inflasi yaitu sebesar 4,18 persen.

Lebih spesifik lagi, katanya, di daerah perkotaan, indeks harga pada sub-kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami kenaikan sebesar 18,12 persen.

"Jadi inflasi pada paket komoditi kebutuhan dasar makanan dan non makanan akan berpengaruh pada kenaikan garis kemiskinan," katanya.

Kondisi ini (meningkatnya jumlah penduduk miskin di NTT) berbeda dengan perkembangan tingkat kemiskinan di Nusa Tenggara Timur selama Maret 2014 - September 2014 yang cenderung mengalami penurunan sebesar 991,88 ribu orang (19,60 persen).

Atau berkurang sekitar 2,8 ribu orang dibandingkan Maret 2014 sebanyak 994,68 ribu orang (19,82 persen) karena gerakan percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan secara masif dengan agenda dan program khusus langsung kepada desa/kelurahan yang teridentifikasi memiliki tingkat pendapatan dan kesejahteraan di bawah standar kehidupan yang layak.

Misalnya kata dia berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode Maret 2014 - September 2014, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan sebanyak 8,2 ribu orang (dari 894,33 ribu orang menjadi 886,18 ribu orang).

Untuk perkotaan mengalami kenaikan sebanyak 5,4 ribu orang (dari 100,34 ribu orang menjadi 105,70 ribu orang) dari total jumlah penduduk NTT saat ini sebanyak 4,8 juta jiwa.

Artinya kata dia, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 22,15 persen pada Maret 2014 menjadi 21,78 persen pada September 2014.

Sementara katanya persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014 sebesar 10,23 persen, naik menjadi 10,68 persen pada September 2014.

Hingga akhirnya secara makro berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode September 2014 - Maret 2015, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami kenaikan sebanyak 157,5 ribu orang (dari 886,18 ribu orang menjadi 1.043,68 ribu orang) dan untuk perkotaan mengalami kenaikan sebanyak 10,5 ribu orang (dari 105,70 ribu orang menjadi 116,16 ribu orang).

"Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data Survei Sosial ekonomi Nasional (Susenas) bulan Maret dan September 2014 dengan jumlah sampling sebesar 75 ribu rumah tangga," katanya.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015