Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Belasan suku Anak Dalam atau Kubu yang tinggal di pedalaman hutan Bukit 12 Provinsi Jambi kedapatan mengungsi ke Riau dengan menggunakan sepeda motor akibat kebakaran lahan dan hutan yang melanda di tempat mereka tinggal.

Upaya pengungsian yang dilakukan oleh sekitar 17 suku Adat Anak Dalam diketahui setelah mereka mengendarai tiga unit motor melewati jalanan protokol di Kota Pekanbaru, Minggu sore.

Anggota Satlantas Polresta Pekanbaru, Brigadir Kepala Polisi Dendi Syarif, mengungkapkan, dia sempat mengehentikan iringan kendaraan suku anak dalam saat melewati Pos Polisi di Jalan Jenderal Sudirman.

"Saat itu mereka tidak menggunakan helm. Sementara itu satu sepeda motor ditumpangi enam hingga tujuh penumpang," jelas Syarif. 

Saat dihentikan, dia terkejut karena mereka mengaku dari suku Anak Dalam dari Jambi. "Mereka bilang kalau mengungsi ke Riau akibat asap. Sekarang mereka mau kembali ke Jambi," ujarnya.

Dia menjelaskan, anggota suku Anak Dalam itu cukup repot karena satu motor ditumpangi enam hingga tujuh penumpang dimana terdiri dari tiga dewasa dan lainnya bayi serta anak-anak.

"Selain itu di setiap motor mereka membawa karung besar. Mereka mengaku karung itu berisi baju selama mereka mengungsi," ujarnya.

Suku Anak Dalam atau dikenal juga sebagai suku Kubu atau Orang Rimba, adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Mereka mayoritas hidup di provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang.

Mereka hidup secara nomaden di hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas.

Kehidupan mereka sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutanyang ada di Jambi dan Sumatera Selatan, dan proses-proses marginalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan suku bangsa dominan yang ada di Jambi dan Sumatera Selatan. 

Hal ini diperparah dengan kebakaran lahan dan hutan yang melanda sebagian besar pulau Sumatera dalam dua bulan terakhir.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015