Bogor (ANTARA News) - Kebakaran di kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat tahun ini tergolong paling parah karena luasan yang terbakar mencapai 1.500 hektare, tersebar di 54 titik kebakaran.

"Kebakaran tahun ini cukup luas. Areal yang terbakar mencapai 1.500 hektare dari total luas Suaka Margasatwa 8.000 hektare," kata M Ari Wibawanto, Kepala Seksi Konservasi BKSDA Wilayah II Jawa Barat, Sabtu.

Ari mengatakan, penyebab kebakaran berawal dari rembetan dari luar yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh. Ditambah, kemarau panjang pengaruh El Nino menyebabkan beberapa lokasi terbakar meluas hingga 54 titik lokasi kejadian kebakaran.

"Dari bulan Juni, luas kawasan yang terbakar mencapai 1.500 hektare," katanya.

Ia mengatakan, di Suaka Margasatwa terdapat banyak satwa yang dilindungi merupakan satwa khas setempat seperti rusa, lutung dan masih banyak lainnya. Belum dilaporkan ada satwa yang mati akibat kebakaran di kawasan tersebut.

"Sampai saat ini kondisi satwa masih terjaga, belum ada laporan ada satwa yang mati. Tetapi kebakaran ini sudah pasti merusak habitat dan kelangsungan hidup satwa terancam," katanya.

Menurut Ari, kebakaran di kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh sudah terjadi beberapa kali. Tahun lalu luas kawasan yang terbakar mencapai 88 hektare. Kondisi ini dikarekan lokasi Suaka Margasatwa berbatasan dengan tanah milik masyarakat. Ditambah lagi pengaruh cuaca ekstrim kemarau panjang yang disebabkan oleh Elnino.

"El Nino menyebabkan hujan jarang turun, kalau tahun lalu kita masih terbantu oleh hujan. Tapi tahun ini, sama sekali hujan jarang turun," katanya.

Kebakaran juga dipicu oleh prilaku masyarakat yang melakukan pembakaran di tanah miliknya hingga merembet ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh.

"Awalnya pembakaran lahan di tanah masyarakat, lalu meloncat ke kawasan Suaka. Kita sudah lakukan pemadaman, tetapi ada kebakaran yang disengaja untuk mengalih perhatian petugas," kata Ari.

Menurut Ari, petugas menemukan upaya ilegal loging di kawasan hijau, karena saat perhatian petugas beralih memadamkan api di lokasi tertentu. Lokasi lainnya terjadi perambahan.

Ari mengakui, keterbatasan personel serta luasnya kawasan Suaka Margasatwa menjadi kendala utama dalam upaya pemadaman kebakaran kawasan hijau, serta mencegah perambahan.

Dikatakannya, jumlah petugas Suaka Margasatwa Cikepuh hanya delapan orang PNS. Pada saat kebakaran petugas dibantu 60 orang petugas non PNS.

"Hasil penelitian menyatakan, idealnya satu petugas mengawasi 300 hektare. Tetapi kondisi yang ada delapan orang mengawasi 8.000 hekatre Suaka Margasatwa," katanya.

Kebakaran yang terjadi di Suaka Margasatwa Cikepuh, cukup luas dan berlangsung sejak Juni. Kondisi ini mengakibatkan seorang petugas meninggal saat berupaya memadamkan api.

Petugas yang meninggal adalah Kepala Resort Suaka Margasatwa Dulman Effendi, peristiwa ini terjadi September lalu. Lokasi kebakaran yang jauh dari jangkauan, membuat upaya evakuasi korban menjadi terlambat karena harus berjalan kaki sejauh 1,5 km. Jalur tidak dapat diakses oleh kendaraan, hanya menggunakan tandu.

Kebakaran sudah terjadi sejak Juni, selama dua minggu berturut-turut, Dulman melakukan upaya pemadaman. Karena sebagai Kepala Resort ia bertanggungjawab dan bertahan terus berupaya untuk memadamkan api yang terus meluas.

"Karena kelelahan dan gangguan pernafasan beliau tumbang di lokasi pemadaman, hingga akhirnya meninggal dunia," kata Ari.

Ari menambahkan, kedepan upaya penanggulangan kebakaran harus dilengkapi dengan penambahan personel, peralatan dan perlengkapan perorangan yang memadai, termasuk P3K.

"Koordinasi antar semua seksi sektor, ada upaya manajemen personel. perlu penambahan personel, peralatan dan perlengkapan perorangan, termasuk P3K. Mobilisasi akses juga perlu diperluas," katanya. 

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015