Gorontalo (ANTARA News) - Kelompok nelayan perikanan tangkap di Desa Langge, Kecamatan Anggrek dilatih tentang manajemen produksi perikanan.


Koordinator program pemberdayaan masyarakat pesisir "Coastal Community Development Project-International Fund For Agricultural Development" (CCDP-IFAD), Jasmin Usu, Sabtu di Gorontalo mengatakan, pelatihan tersebut penting agar nelayan bisa menakar hasil yang diperoleh.


"Apakah mereka mendapat keuntungan dari aktivitas perikanan tangkap yang dilakoninya, jika tidak bagaimana atau pola manajemen apa yang harus dilakukan untuk mengelola bantuan yang diterima," ujar Jasmin.


Sehingga seluruh anggota kelompok nelayan berjumlah 10 orang per kelompok tersebut dilatih, untuk menghitung modal yang dikeluarkan, biaya produksi seperti bensin dan makan, agar keuntungan yang diperoleh bisa kembali diolah secara berkelanjutan.


Seluruh anggota kelompok pun diwajibkan membuat pembukuan terhadap aktivitas mereka, modal atau bantuan yang diberikan dikelola untuk apa serta hasilnya apakah bisa menghidupi rumah tangga.


Setiap pekan kata Jasmin, seluruh anggota kelompok dikumpul untuk berdiskusi, bertukar pengalaman dan saling menceritakan keberhasilan maupun kendala yang ditemui dalam melakoni aktivitasnya.


Jauriah, salah seorang anggota kelompok mengaku senang mengikuti pelatihan tersebut, sebab mereka bisa mengelolah bantuan yang diterima sesuai pembukuan yang disusun, sehingga bisa tahu keuntungan yang peroleh.


"Sebelumnya, uang hasil penjualan ikan langsung saya manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sehingga tidak mengetahui persis apakah aktivitas yang dilakukan bersama suami mendapat keuntungan atau tidak," ujarnya.


Saat ini kata ia, sebagai ibu rumah tangga bisa memanaje penghasilan per hari dari aktivitas penangkapan ikan yang dilakoni suaminya. "Kami bekerja sama mengelola bantuan ini, agar hasilnya maksimal," ujarnya.


Kendala utama yang dihadapi adalah, minimnya harga jual ikan segar hasil tangkapan nelayan akibat hanya dijual pada para penampung lokal.


"Akses transportasi dan desa yang jauh dari pelabuhan perikanan membuat nelayan memilih menjual hasil tangkapannya ke penampung lokal," ujarnya.


Padahal mereka yakin kata Jauriah, harga ikan segar akan tinggi jika dijual langsung di pelabuhan perikanan atau ke penampung dari luar daerah ini.


Seperti harga ikan bobara yang biasanya anjlok di kisaran Rp25 ribu per kilo gram, padahal di pasar tradisional harga ikan ini berkisar Rp40 ribu-Rp50 ribu per kilo gram.


"Kami berharap, pemerintah daerah bisa membangun fasilitas dermaga dan pelabuhan perikanan yang memadai di wilayah terdekat kantong-kantong produksi perikanan," ungkapnya.

Pewarta: Susanti Sako
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015