Solo (ANTARA News) - Seratusan siswa sekolah dasar (SD) 110 Mahanan Surakarta telah mengunjungi ke rumah salah satu mantan pejuang Kemerdekaan RI di Kota Solo, dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember, Selasa.

Para siswa SD Manahan yang duduk di kelas 5 tersebut dengan semangat mengunjungi rumah mantan pejuang Kemerdekaan RI, Djoko Ramelan (85) di Jalan Semeru No 6 Gremet Manahan Solo dan mendapatkan sambutan hangat dari kakek yang mengaku ikut berjuang melawan Belanda di kota ini.

Para siswa tersebut kemudian melakukan tanya jawab dan mendengarkan cerita tentang perjuangan para pejuang saat merebut Kota Solo dari tangan Belanda pada 1948 atau agresi II dari Djoko Ramelan.

Para siswa terlihat serius menyimak cerita zaman penjajahan ketika Belanda menguasai Kota Solo tepatnya pada 21 Desember 1948. Akhirnya Kota Solo dapat direbut kembali melalui pertempuran empat hari empat malam atau tanggal 7--10 Agustus 1949.

"Saya bangga dengan dikunjungi oleh anak-anak sebagai penerus bangsa ini. Mereka juga berjuang untuk memajukan bangsa ini," kata Djoko Ramelan yang mengaku ikut berjuang bersama Tentara Pelajar (TP) ketikan usia masih 18 tahun.

Menurut dia, pertempuran empat hari empat malam di Solo dipimpin Mayor Ahmadi yang kini diabadikan dengan Monumen Ahmadi di Gladak. Ahmadi ini, Komandan TP yang masih di bawah komando Letkol Slamet Riyadi.

Niza (10) salah satu siswa kelas 5 SD Manahan Solo mengatakan merasa senang mendengarkan cerita tentang perjuangan kemerdekaan pada baik zaman penjajah Belanda maupun Jepang.

"Saya senang cerita dari kakek itu, tentang perjuangan mengusir penjajah di Kota Solo," kata Niza.

Murwati salah satu guru kelas 5 SD 110 Manahan Solo, mengatakan, kegiatan berjunjung ke salah satu pelaku yang ikut perjuangan kemerdekaan tersebut merupakan masuk mata pelajaran bela negara.

"Anak-anak sangat antusias mendengarkan cerita-cerita soal perjuangan zaman penjajahan dari eyang Djoko Ramelan," katanya.

Bahkan, siswanya sangat aktif menanyakan tentang pengorbanan pada pejuang tanpa pamrih membela negara dari tangan penjajah.

"Kami berharap dengan kegiatan ini, mereka akan memacu semangat belajarnya, dan lebih mencintai negaranya," katanya.

Menurut dia, jika bela dan cinta negara diajarkan dari dini kepada anak-anak. Mereka sebagai generasi penerus untuk mengisi kemerdekaan dengan memajukan bangsa sesuai cita-cita para pendiri negeri ini, mencapai masyarakat adil dan makmur.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015