Makassar (ANTARA News) - Peristiwa jatuhnya pesawat Adam Air yang hilang di Peraian Majene, Sulawesi Barat pada 1 Januari 2007 ternyata mendorong SAR Mission Coordinator (SMC), Marsekal Pertama Eddy Suyanto untuk menuliskan dalam sebuah buku. "Jatuhnya pesawat Adam Air merupakan peristiwa besar apalagi tragedi ini banyak mengundang paranormal menawarkan diri membantu tim SAR Gabungan Pencarian Adam Air untuk menemukan lokasi jatuhnya pesawat itu," jelas SMC, Marsekal Eddy Suyanto yang juga Komandan Pangkalan TNI AU Hasanuddin di Makassar, kemarin. Eddy menuturkan, dirinya tertarik untuk mengabadikan kisah insiden itu karena dirinya terlibat langsung dalam proses pencarian memakan waktu 31 hari. "Yah, cukuplah dengan ketebalan halaman yang harganya mencapai sekitar Rp20 ribu," jelas Eddy yang mengaku bahwa sejumlah surat dari paranormal yang dikirimkan kepadanya akan dimasukkan dalam buku itu. Bahkan ada surat dari paranormal yang dikirimkan melalui Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Eddy berharap, melalui buku ini, jatuhnya pesawat Adam Air KI 574 tersebut akan menjadi sejarah di masa depan sekaligus merupakan kenang-kenangan buat para korban yang ditinggalkan. Pesawat Boeing 737-400 yang membawa sebanyak 102 penumpang bersama enam awaknya itu jatuh di perairan Majene Sulawesi Barat pada 1 Januari 2007 dalam penerbangan Surabaya-Manado. Lokasi jatuhnya pesawat ini berhasil dideteksi sonar KRI Fatahillah dan USNS Mary Sears pada 22 Januari 2007 dengan menggunakan peralatan berteknologi canggih yang bernama Towed Pinker Locator (TPL) dari Amerika Serikat. Alat tersebut mendeteksi keberadaan Flight Data Recorder (FDR) pada kedalamam 2000 meter dari permukaan laut dengan titik koordinat 03.41.02 LS - 118.08.53 BT dan Cockpit Voice Recorder (CVR) di kedalaman 1900 meter pada titik koordinat 03.40.22 LS - 118.09.16 BT. Lokasi keberadaan jatuhnya pesawat Adam Air semakin diperkuat dengan ditemukannya beberapa serpihan berbentuk badan pesawat pada tempat yang menyebar pada areal cukup luas dengan koordinat 03.40.12 LS - 118.04.12 BT, 03.40.30 LS - 118.09.30 BT, 03.41.06 LS - 118.09.06 BT dan 03.40.42 LS - 118.08.42 BT. Namun benda-benda penting untuk mengungkap misteri jatuhnya pesawat itu tidak bisa diangkat karena sulitnya mencari teknologi yang mampu mengangkatnya dari dasar laut dengan kedalaman 2000 meter tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007