Jakarta (ANTARA News) - Paling tidak 14 orang tewas dan puluhan lain luka-luka serius saat penembakan terjadi di pusat latihan difabel, The Inland Regional Centre, di San Bernardino, Kalifornia, Rabu siang waktu setempat (02/12). Menurur saksi, penembakan itu dilakukan sekitar tiga orang yang bertopeng dan memakai rompi tahan peluru. 




Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, sebagaimanya dinyatakan Voice of America seksi bahasa Indonesia, telah diberi penjelasan tentang penembakan ini dan dikatakan memantau dengan seksama insiden yang masih berlangsung ini. 




Penembakan ini terjadi kurang dari satu minggu setelah seorang penembak menewaskan tiga orang dan melukai sembilan lainnya dalam penembakan membabibuta di klinik Planned Parenthood, di Colorado Springs, Colorado. 




Oktober lalu seorang penembak juga membunuh sembilan orang di sebuah kampus di Oregon dan pada bulan Juni seorang penembak kulit putih membunuh sembilan jemaat gereja kulit hitam di South Carolina. 




Menjawab pertanyaan di stasiun televisi CBS, Obama mengatakan, Amerika memiliki pola penembakan massal yang tidak ada duanya di dunia. Menurut dia, ada langkah-langkah yang bisa diambil agar warga Amerika menjadi lebih aman dan pejabat-pejabat pemerintah di tingkat apapun seharusnya bersatu, mengambil langkah bersama untuk menghentikan insiden agar tidak terus berulang.




Menurut laporan itu, Kepala Polisi San Bernardino, Jarred Burguan, menyatakan, ketiga penembak itu juga membawa senjata berat dan melarikan diri memakai mobil SUV berkelir hitam. 




Dihubungi secara terpisah, Konsulat Jenderal Indonesia di Los Angeles, menyatakan tidak ada WNI yang menjadi korban pada penembakan mematikan itu. Pejabat di perwakilan Indonesia itu, Nugrahadi Yuwono, sebagaimana dikutip dari Voice of America seksi bahasa Indonesia itu, menyarakan telah menelusuri lokasi kejadian dan mencari informasi pasti. 




“Jika ada warga Indonesia yang ingin mencari informasi tentang kondisi anggota keluarganya dapat langsung menghubungi kantor sheriff Bernardino di nomor 1800-637-6653, atau hotline KJRI LA di nomor +1 213-590-8095,” kata dia. 

Penerjemah: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015