Addis Ababa (ANTARA News) -Penghitungan mundur sudah dimulai di Addis Ababa, Ibukota Ethiopia, dengan kelap kelip papan reklame bertuliskan "tinggal 209 hari, 15 jam, 22 menit dan 22 detik menuju Milenium". Tujuh tahun setelah hampir semua penjuru dunia menandai permulaan abad ke-21, Etiopia akhirnya sampai ke tahun 2000, berkat sistem pengukur waktu yang unik dan antik. Ethiopia menggunakan variasi dari kalender Julian yang tidak dipakai lagi di negara barat sejak abad ke-16, dan menurut penanggalan itu, tahun 2000 jatuh pada 12 September tahun ini. "Saat semua orang lain merayakan milenium, mereka bilang berbagai hal akan terjadi, nyatanya tidak. Sekarang, tiap ramalan di tahun 2000, akan benar-benar terjadi pada kedatangan milenium yang asli. Ini akan menjadi masa baru bagi Ethiopia," kata sutradara Tatek Tadesse yang berasal dari Addis Ababa. Tatek sedang menyelesaikan film yang diilhami oleh saat bersejarah tersebut. Tidak seperti kalender Gregorian yang biasa dipakai di barat, Ethiopia punya 13 bulan dalam setahun, 12 bulan pertama masing-masing terdiri dari 30 hari dan bulan terakhir hanya sepanjang lima atau enam hari. Pengukuran waktu juga berlainan dengan tempat lain. Setiap hari dimulai ketika matahari akan menyingsing, bukan pada tengah malam. "Ada banyak kebingungan mengenai waktu dan tanggal," kata Tamrat Giorgis, redaktur "Fortune", koran bisnis berbahasa Inggris terbesar di negara itu. "Kalau ada seseorang mengajak bertemu pukul 4, bagi yang lain mungkin diartikan jam 10, dan itu membingungkan. Ada perusahaan yang tutup buku berdasarkan kalender Gregorian tapi ada pula perusahaan yang melakukan segalanya berdasarkan waktu setempat," katanya. Sistem penanggalan itu berasal dari gereja kuno Ortodoks Ethiopia yang sebagaimana gereja Ortodoks di seluruh the dunia, tidak mengikuti keputusan Paus Gregorius XIII untuk menggantikan kalender Julian menjadi Gregorian pada 1582. "Tidak ada perdebatan besar untuk menggantinya. Akan ada angin topan jika ada yang mencoba mengganti kalender Ethiopia. Masyarakat Ethiopia sangat bangga dengan warisan budayanya," kata Tamrat, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007