Yogyakarta (ANTARA News) - Tim Perumus Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta masih melakukan pengkajian beberapa pilihan tanggal yang akan ditetapkan sebagai hari jadi daerah itu.

"Kami masih menjaring masukan dari berbagai pihak untuk menentukan tanggal yang tepat," kata Ketua Tim Perumus Hari Jadi DIY Prof Djoko Suryo usai acara "Ekspose Penelusuran Hari Jadi DIY" di ruang Pracimosono, Kantor Kepatihan Yogyakarta, Selasa.

Selain tim perumus, acara itu juga mengundang tokoh masyarakat serta unsur satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DIY.

Menurut Djoko, meski masih menerima masukan dari berbagai pihak, perumusan hari jadi DIY yang telah dimulai sejak awal 2015 hingga kini telah mencapai 80 persen. Setelah selesai, rumusan itu akan menjadi usulan draf Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Hari Jadi DIY.

"Paling lambat Januari 2016 kami targetkan sudah selesai dan akan diusulkan dalam Raperda," kata Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Menurut dia, dari opsi 11 tanggal yang sebelumnya diusulkan di Tim Perumus, telah mengerucut menjadi lima tanggal, dan saat ini telah dikerucutkan kembali menjadi dua tanggal yang dipandang paling sesuai untuk direkomendasikan menjadi pilihan hari jadi DIY.

Dua tanggal tersebut yakni 13 Maret 1755 yang bertepatan dengan momentum Sultan HB I ketika memproklamasikan berdirinya Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat.

Menurut Djoko Suryo, pertimbangan memilih tanggal itu karena menandai berdirinya pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan segala komponennnya, meski instana pada saat itu belum berdiri.

"Sekaligus menandakan lahirnya semangat membangun tatanan masyarakat dan negara-kerajaan yang menggunakan konsep Ngayogyakarta atau Yogyakarta (negeri yang makmur dan tenteram)," kata dia.

Tanggal yang kedua yakni 5 September 1945 yang merujuk pada peristiwa Amanat 5 September 1945. Dalam amanat itu dinyatakan bahwa daerah Kasultanan Yogyakarta adalah bagian Republik Indonesia dengan kedudukan sebagai Daerah Istimewa yang bersifat kerajaan dari NKRI.

"Tanggal itu merupakan awal DIY dipimpin oleh Dwi Tunggal Sri Sultan dan Sri Paku Alam," kata Djoko.

Sementara itu, Pengageng Tepas Dwarapura Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatingrat mengatakan dari pilihan tanggal yang ditawarkan, pihaknya lebih setuju jika 17 Maret dipilih sebagai tanggal hari jadi DIY.

Alasannya, menurut dia, tanggal tersebut bertepatan dengan momentum yang sakral dan istimewa karena saat itu Sultan HB I meletakkan pondasi Nagari Ngayogyakarta yang dilanjutkan oleh putra-putranya hingga HB IX.

"Sejak semula saya memang memilih tanggal itu. Itu yang paling istimewa dan tidak ada pembandingnya," kata Jatiningrat.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015