Atambua, NTT (ANTARA News) - Sebanyak dua orang tewas setelah masyarakat kota Dili, Timor Leste, menjarah gudang beras PBB karena negara itu sedang dilanda kesulitan pangan yang serius, namun keadaan keamanan sudah terkendali. Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-RDTL TNI, Letnan Kolonel Infantri Hotman Hutahaean, kepada ANTARA News, di Atambua, NTT, Kamis, menyatakan informasi tentang situasi di Dili itu diperoleh dari KBRI di Dili. "Duta Besar kita di Dili (Ahmad Sofwan, red) menyatakan, penjarahan itu terjadi karena rakyat tidak sabar menunggu pembagian beras yang menunggu pendataan akhir. Kejadian itu menimbulkan dua korban tewas," katanya. Selain itu, mobil-mobil pemerintahan Timor Timur dan PBB yang ditempatkan di Dili dibakar massa. Demikian juga petugas polisi dari PBB dikejar-kejar massa. Akibatnya, sejak dua hari lalu tidak ada mobil pemerintahan dan PBB yang beroperasi di jalan raya. Sejauh ini belum diketahui berbagai langkah penanggulangan jangka pendek dan menengah yang dilakukan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao terkait peristiwa kerusuhan yang menelan korban jiwa itu. Duta Besar RI di Dili, Ahmad B Sofwan, sempat tidak bisa dihubungi melalui saluran telepon tetap dan selulernya sebagaimana biasanya. Nomor-nomor telepon di KBRI di Dili juga sempat tidak bisa terkoneksi. Dalam beberapa pekan mendatang, negara itu akan menghadapi musim kampanye pemilihan presiden. Presiden Gusmao, dilaporkan tidak berselera lagi memangku posisinya sebagai orang nomor satu di negara itu. Menurut Duta Besar RI di Dili, katanya, selama dua hari itu memang terjadi kekacauan yang cukup berarti. "Tapi sekarang kondisi keamanan sudah terkendali. Kami sebagai petugas di perbatasan sudah tentu meningkatkan kewaspadaan, terutama di pos-pos yang menjadi pintu perlintasan," kata Hutahaean. Menurut dia, sejauh ini tidak ada peristiwa menonjol di sepanjang garis perbatasan RI-RDTL terkait kerusuhan yang terjadi dua hari lalu itu. "Tapi tetap kita waspada saja. Mana tahu keadaan bisa berubah dalam waktu dekat," katanya. Seorang polisi PBB yang dijumpai di Mota Ain, menyatakan, situasi di Dili memang cenderung memanas belakangan ini. Keributan antarwarga, kata polisi itu, sudah sering terjadi dan polisi juga kerepotan melerai mereka. Menurut satu sumber di Dili, katanya, masyarakat setempat memang sejak beberapa bulan ini kesulitan pangan serius dan harga bahan pangan di sana sudah melonjak hingga belasan kali lipat ketimbang harga normal. Sebagaimana yang terjadi di NTT, negara yang dipimpin Kay Rala Xanana Gusmao itu juga mengalami musim kering yang lebih awal daripada keadaan normal dan hal itu bisa menyebabkan mereka mengalami kegagalan panen. Belakangan ini, terjadi kecenderungan peningkatan frekuensi dan volume penyelundupan bahan pangan dari Kabupaten Timor Tengah Utara ke Distrik Oecussi, satu area enclave negara baru itu. Beberapa waktu lalu, jajaran Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-RDTL TNI bisa menggagalkan penyelundupan 600 kilogram beras untuk masyarakat miskin di kawasan Napan Bawah, Timor Tengah Utara.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007