"Jika sampai adanya eksodus karena keamanan di dalam negeri Timtim tidak terjamin, kita akan memberikan pengamanan dan mencari jalan keluar untuk memulangkan mereka ke negara asalnya sesuai prosedur keimigrasian yang berlaku," ujar Danrem.
Kupang (ANTARA News) - Pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mulai meningkatkan pengamanan di sepanjang garis perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Timur menyusul bergolaknya gangguan keamanan di Dili, ibukota negara baru itu, Rabu (21/2). "Pasukan kita di perbatasan tetap dalam posisi siaga dan waspada. Sampai sejauh ini, belum ada gejolak atau gangguan di wilayah tapal batas kedua negara," kata Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Kol Inf Arief Rachman yang menghubungi ANTARA News Kupang dari Denpasar, Bali, Kamis. Kantor Berita AFP melaporkan, tujuh anggota polisi PBB, Rabu, terluka dalam bentrokan di ibukota Timor Timur (Timtim) ketika sedang melakukan patroli untuk meningkatkan keamanan menyusul meningkatnya kekerasan di wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu. "Sejumlah kendaraan polisi PBB dirusak massa di tiga lokasi operasi. Tujuh anggota polisi PBB juga terluka dalam insiden tersebut ketika mereka berusaha menegakkan aturan dan hukum di wilayah bekas koloni Portugis itu," kata Atul Khare, utusan badan dunia kepada AFP. Polisi PBB menahan sekitar 79 orang hari Selasa (20/2) dengan memperingatkan mengenai reaksi keras bagi yang terlibat dalam bentrokan di jalanan Dili baru-baru ini sejak kejadian terakhir pada April dan Mei tahun lalu, yang menewaskan 37 orang. PBB menempatkan sekitar 1.300 polisi untuk membantu mengendalikan keadaan. Kekerasan di jalanan, kebanyakan antara anggota kelompok beladiri, yang saling bersaing, menghantui Dili selama dua pekan terakhir. Pada tahun lalu, protes prajurit dipecat dengan cepat berubah menjadi bentrokan antara pasukan keamanan dan perang antarkelompok di jalanan ibukota, yang berujung pada penempatan pasukan penjaga perdamaian pimpinan Australia. Danrem Arief Rahman mengatakan, kekerasan yang terjadi di Dili saat ini merupakan urusan dalam negeri Timor Timur, namun sebagai negara yang berbatasan langsung dengan negara baru itu, Indonesia wajib mengamankan kedaulatannya dari gangguan apapun. Ketika ditanya tentang kemungkinan adanya eksodus warga Timtim ke wilayah Indonesia menyusul gangguan keamanan di ibukota negara Timtim, ia mengatakan kecil kemungkinan terjadi eksodus. "Jika sampai adanya eksodus karena keamanan di dalam negeri Timtim tidak terjamin, kita akan memberikan pengamanan dan mencari jalan keluar untuk memulangkan mereka ke negara asalnya sesuai prosedur keimigrasian yang berlaku," ujarnya. Ketika ditanya tentang kemungkinan adanya penambahan pasukan TNI, Danrem Arief Rachman mengatakan pasukan TNI yang bertugas di perbatasan saat ini sudah cukup memadai untuk mengendalikan situasi keamanan di tapal batas.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007