Menurut AFP, stabilisasi di pasar Tiongkok, termasuk penguatan yuan, memicu pembelian saham, baik di Eropa maupun di Wall Street, setelah minggu pembukaan terburuk dalam sejarah untuk tahun baru.
Pada penutupan Dow Jones Industrial Average naik 117,65 poin (0,72 persen) menjadi 16.516,22.
Indeks pasar lebih luas S&P 500 menguat 15,01 poin (0,78 persen) menjadi berakhir di 1.938,68, sementara indeks komposit teknologi Nasdaq naik 47,93 poin (1,03 persen) menjadi 4.685,92.
Saham-saham teknologi besar, yang berada pada inti aksi jual pekan lalu, memimpin "rebound".
"Kami sudah menunggu untuk pembalikan naik (saham) teknologi untuk beberapa waktu," kata David Levy dari Kenjol Capital Management.
Alibaba memimpin kenaikan lebih tinggi dengan keuntungan 4,0 persen, diikuti Intel menambahkan 1,9 persen dan Apple naik 1,5 persen.
Saham-saham industri minyak bervariasi meskipun terjadi penurunan lagi dalam harga minyak mentah. ExxonMobil mengejutkan dengan keuntungan 2,0 persen dan Chevron naik 1,7 persen.
Tetapi perusahaan jasa ladang minyak tergelincir, dengan Schlumberger turun 0,2 persen dan Halliburton turun 0,4 persen.
Pemimpin-pemimpin lainnya termasuk UnitedHealth Group, naik 2,4 persen, dan Wells Fargo Bank naik 2,7 persen.
Sementara saham penambang batubara terbesar AS, Peabody Energy, jatuh untuk hari kedua berturut-turut setelah penambang nomor dua Arch Coal mengajukan perlindungan kebangkrutan.
Saham Peabody kehilangan 16,0 persen menjadi 4,48 dolar AS -- dibandingkan dengan 100 dolar AS per saham tahun lalu -- di tengah kekhawatiran beban utang yang berat dan jatuhnya permintaan batubara bisa memaksanya untuk mencari perlindungan juga.
Pasar tetap jelas gelisah ketika musim laba kuartal keempat akan dibuka.
Levy mengatakan para pedagang "masih merasa sangat tidak pasti sejauh mana kita akan bergerak dari sini."
"Kami tetap sangat berhati-hati dalam pandangan kami untuk saham-saham bergerak maju saat ini."
(A026)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016