Washington (ANTARA News) - Bank Dunia memangkas proyeksinya harga minyak mentah 2016 menjadi 37 dolar AS per barel dan memperkirakan harga komoditas lainnya merosot lebih lanjut tahun ini, karena permintaan lemah dari negara-negara berkembang.

Menurut Xinhua, dalam laporan Prospek Pasar Komoditas terbaru, Bank Dunia mengatakan harga minyak yang lebih rendah karena ekspor minyak Iran yang lebih cepat dari yang yang diperkirakan, ketahanan minyak yang lebih besar dalam produksi AS dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang utama yang kurang menggembirakan.

Dalam proyeksi terakhirnya pada Oktober, Bank Dunia mengatakan harga minyak akan berada di sekitar 51 dolar AS per barel pada 2016.

Harga minyak turun 47 persen pada 2015. Namun, pemulihan bertahap harga minyak diperkirakan tahun ini karena permintaan diperkirakan agak menguat dengan peningkatan moderat dalam pertumbuhan global.

Antisipasi pemulihan harga minyak diperkirakan lebih kecil dari "rebound" yang diikuti penurunan tajam pada 2008, 1998 dan 1986.

"Harga minyak yang rendah cenderung sama harga dengan komoditas untuk beberapa waktu," kata John Baffes, ekonom senior dan penulis utama dari Prospek Pasar Komoditas.

"Sementara kita melihat beberapa prospek untuk harga komoditas naik sedikit selama dua tahun ke depan, namun risiko penurunan yang signifikan tetap ada," katanya.

Di luar pasar minyak, semua indeks harga komoditas utama diperkirakan turun pada tahun ini karena pasokan terus-menerus besar dan melambatnya permintaan di negara-negara berkembang.

Harga non-energi diperkirakan turun 3,7 persen pada 2016, dengan logam jatuh 10 persen setelah turun 21 persen pada 2015, karena permintaan lebih lemah di negara-negara berkembang dan kenaikan kapasitas produksi.

Harga komoditas pertanian diproyeksikan menurun 1,4 persen, dengan penurunan di hampir semua kelompok komoditas utama, mencerminkan prospek produksi yang memadai meski ada kekhawatiran gangguan dari El Nino, tingkat stok mencukupi, biaya energi yang lebih rendah dan permintaan datar untuk biofuel, sebut sebuah laporan.
(A026)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016