Surabaya (ANTARA News) - Menyusul memanasnya situasi politik di negera tetangga Timor Leste, kapal perang TNI AL yang melakukan patroli rutin di perairan tersebut, diminta ikut waspada terhadap berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. "Iya, kapal TNI AL yang melakukan tugas rutin di wilayah itu memang ikut waspada. Istilahnya pengamanan penyekatan perbatasan," kata Kadispen Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Letkol laut (KH) Drs Toni Syaiful, kepada ANTARA di Surabaya, Selasa. Sebagaimana diketahui akibat meningkatnya suhu politik di Timor Leste, TNI melakukan penutupan wilayah perbatasan untuk mengantisipasi mengalirnya eksodus masyarakat di negera bekas Propinsi ke-27 RI itu. Perbatasan RI-Timor Leste, Minggu (25/2) malam resmi ditutup, menyusul operasi militer yang dilakukan pasukan Timor Leste dibantu pasukan Australia dan pasukan perdamaian PBB, untuk menangkap kelompok milisi pimpinan Alfredo Reinado. Menurut Kadispen Koarmatim, meskipun kapal perang TNI AL diminta waspada, dari pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa sangat jarang eksodus warga Timor Leste ke Indonesia melalui jalur laut. "Biasanya mereka masuk ke negara kita lewat darat. Karena itu, akses jalur darat langsung dilakukan penutupan," papar mantan Kepala Bagian Penerangan (Kabagpen) Komando Pendidikan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Kodikal) itu. Ia mengemukakan karena itu sampai saat ini TNI AL belum melakukan penambahan unsur kapal perang di wilayah perbatasan tersebut. "Baru kalau ada arus eksodus yang besar, TNI AL akan melakukan penambahan kapal. Kalau sekarang, masih tetap satu kapal perang yang beroperasi di wilayah itu," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007