Moskow (ANTARA News) - Siaran televisi pemerintah Rusia, Selasa, memperlihatkan tentara di pangkalan udara Rusia di Suriah tengah menaiki pesawat pengangkut untuk pulang, sehari setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan sebagian besar satuan militernya mulai menarik diri.

Rekaman yang disiarkan stasiun televisi Rossiya 24 itu memperlihatkan tentara memasukkan perlengkapan dan kotak ke pesawat pengangkut berat Ilyushin Il-76 di pangkalan udara Hmeymim di Provinsi Latakia.

Kremlin menggunakan pangkalan tersebut, yang menurut Putin akan digunakan Rusia bersama dengan sarana angkatan laut di Tartous, untuk melancarkan serangan udara selama lima bulan untuk mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Campur tangan Rusia tersebut membuat kekuatan pemimpin Suriah tersebut meningkat.

Putin pada Senin mengumumkan bahwa "bagian utama" pasukan bersenjata Rusia di Suriah akan mulai ditarik, dan mengatakan kepada para diplomat negara itu untuk meningkatkan tekanan bagi tercapainya perdamaian, ketika dialog yang dimediasi PBB untuk mengakhiri perang lima tahun itu dimulai kembali.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan, Selasa, bahwa staf teknis telah mulai mempersiapkan pesawat untuk kembali ke pangkalan mereka di Rusia, sesuai dengan perintah Putin.

Rusia memiliki pasukan penyerang di pangkalan Hmeymim dengan setidaknya 50 pesawat dan helikopter.

"Para personel memasukkan perlengkapan, logistik dan pasokan ke dalam pesawat pengangkut," kata kementerian itu.

"Pesawat dari pangkalan Hmeymim akan terbang kembali ke pangkalan udara di mana mereka bermarkas tetap di wilayah Rusia, diiringi oleh pesawat pengangkut militer," katanya.

Kementerian mengatakan pesawat-pesawat itu dalam perjalanan pulang akan berhenti setelah menempuh jarak lebih dari 5 ribu km dan mengisi bahan bakar di pangkalan antara di dalam wilayah Rusia.

Peramal cuaca di Rossiya 24 mengatakan jalur penerbangan mereka secara persis dirahasiakan, dan hanya mungkin membicarakan "rute-rute paling nyaman" dengan transit di Irak, Iran dan Azerbaijan, demikian laporan Reuters.

(Uu.S022)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016