Jakarta (ANTARA News) - Jika sebelumnya Australia dipandang oleh banyak warga Timor Leste yang pro kemerdekaan bak "pahlawan" mereka, kini di tengah instabilitas ekonomi dan politik di negara muda itu, banyak di antara mereka justru berbalik arah, dan menjadikan warga Australia sasaran kemarahan mereka. Setidaknya perasaan bahwa warga Australia di Timor Leste dijadikan target oleh sebagian warga Timor Leste itu dirasakan Kepala Sekolah Internasional Dili, Lyndal Barrett. Seperti dikutip jaringan pemberitaan ABC yang dipantau ANTARA News dari Jakarta, Selasa, Barrett mengatakan, sejumlah warga Timor Leste menghujani sebuah kafe yang dikunjunginya untuk membeli pizza Senin malam (5/3) dengan batu sembari berteriak: "Orang-orang Australia pulang sana, kami benci kalian." Menurut Barrett, warga Australia telah dijadikan sasaran akibat kampanye aparat keamanan Australia untuk menangkap pimpinan pemberontak, Alfredo Reinado. Akibat situasi yang tidak menentu dan berpotensi memicu kerusuhan sosial ini, Pemerintah Australia, menurut ABC, telah memerintahkan seluruh sukarelawan negara itu yang bekerja di Dili, ibukota Timor Leste, untuk kembali ke Australia. Sebelumnya, sumber ANTARA News di Dili mengatakan, pada 23 Februari lalu telah terjadi insiden penembakan oleh serdadu penjaga keamanan asal Australia terhadap warga sipil Timor Leste. Dalam peristiwa itu, dua warga Timor Leste, yakni Jacinto Soares (30) dan Antonio da Silva (26), tewas. Insiden penembakan itu bermula dari aksi demonstrasi massa yang menuntut ketersediaan pangan di negara yang sedang kesulitan pangan itu, katanya. Pada peristiwa yang terjadi di wilayah Lafa Laik dekat Bandar Udara Komoro itu, Soares dan da Silva tewas di tempat, sedangkan seorang warga lain, Geraldo (40) mengalami luka-luka serius akibat penembakan oleh serdadu Australia itu, katanya. Menurut sumber itu, insiden penembakan tersebut merupakan buntut dari kebringasan para demonstran yang telah mulai mencoba menyerang tentara Australia secara fisik dan membabi buta. Timor Leste resmi menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat penuh sejak 20 Mei 2002. Wilayah yang selama berintegrasi dengan Indonesia dikenal dengan sebutan "Timor Timur" itu terus-menerus didera masalah dalam negeri sejak PBB mengakui kemerdekaannya. Harian Kompas dalam tajuknya, Selasa, bahkan mempertanyakan makna kemerdekaan Timor Leste itu. Di bawah judul "Apa Makna Kemerdekaan Timor Leste", salah satu suratkabar terkemuka Indonesia itu berkesimpulan bahwa kondisi negara muda yang sempat merusak hubungan Australia dan Indonesia karena banyak pihak di Jakarta menilai Canberra terlibat dalam upaya pemisahan Timor Timur dari NKRI itu secara umum "tidak lebih baik" setelah terpisah dari Indonesia. "Secara umum, Timor Leste dapat dikatakan gagal mengisi kemerdekaannya. Stabilitas keamanan tidak tercipta dan terjadi krisis ekonomi luar biasa. Kondisinya tidak lebih baik, sekurang-kurangnya sampai saat ini, setelah terpisah dari Indonesia," kata Kompas dalam tajuknya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007