Manila (ANTARA News)- Gerilyawan Muslim di Filipina Selatan, Minggu, memperingatkan bahwa gencatan senjata berusia empat tahun dengan pemerintah di ambang keambrukan. Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di situsnya mengatakan gencatan senjata itu mungkin ambruk karena "arogansi dan tantangan militer." Pernyataan itu mengatakan MILF tidak akan "berdiam diri" terhadap agresi yang berulangkali dilakukan militer itu. Ketegangan meningkat selama lebih dari sepekan di Pulau Mindanao, Filipina Selatan, menyusul bentrokan senjata hebat Senin dan Selasa lalu yang menewaskan 17 gerilyawan MILF dan seorang tentara dan menyebabkan sekitar 4.000 warga sipil mengungsi di sekitar Midsayap. Pada Jumat lalu seorang wanita berusia 60 tahun tewas dan cucunya yang berusia 15 tahun cedera setelah mereka terperangkap dalam baku tembak antara gerilyawan MILF dan pasukan pemerintah. Ketua juru runding MILF, Mohagher Iqbal, Minggu mengatakan "pelanggaran yang terus dilakukan dengan sengaja oleh militer" atas gencatan senjata itu adalah satu ulangan dari apa yang dilakukan militer tahun 2000 dan 2003, ketika perjanjian-perjanjian gencatan senjata yang sama dilanggar. Gencatan senjata sekarang -- yang dipantau oleh satu tim pemantau internasional yang dipimpin Malaysia diberlakukan hampir empat tahun. Suratkabar The Star yang mengutip pernyataan sekretaris eksekutif Eduardo Ermita mengatakan militer diperintahkan untuk mempertahankan gencatan senjata dan keamanan di daerah itu. "Kita harus melindungi proses perdamaian," kata Ermita kepada The Star, dan menambahkan masyarakat donor internasional mengawasi dari dekat perkembangan-perkembangan di Mindanao. "Komite gencatan senjata dari kedua pihak sedang bekerjasama dengan tim pemantau internasional untuk menjamin agar aksi permusuhan itu tidak meningkat," kata jurubicara Presiden Gloria Arroyo, Ignacio Bunye, seperti dilansit AFP, Minggu. "Pemerintah berusaha memperkuat perdamaian melalui pelaksanaan perundigan perdamaian yang prinsip dan mekanisme gencatan senjata yang jujur dan didukung dan diikutsertai oleh mitra-mitra strategis dan sekutu-sekutu di masyarakat internasional." MILF mengklaim pesawat militer telah digunakan untuk membom desa-desa dan membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Militer tidak memberikan komentar mengenai tuduhan itu. MILF mengatakan laporan-laporan di lapangan juga menunjukkan militer, bukannya meredakan situasi, tapi malahan tampaknya meningkatkan konfrontasi. Masyarakat donor internasional, Jumat mendesak Arroyo untuk mendorong penandatanganan perjanjian perdamaian akhir dengan MILF untuk meningkatkan perdamaian dan ketertiban, dan memacu pertumbuhan ekonomi di Mindanao yang kaya sumber alam itu. MILF yang berkekuatan 12.000 gerilyawan melancarkan perjuangan bersenjata untuk mendirikan sebuah negara Muslim di Filipina selatan sejak tahun 1978. Kelompok itu menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Manila tahun 2003 yang membuka jalan bagi perundingan perdamaian. Akan tapi, perundingan-perundingan macet menyangkut tuntutan MILF bagi kekuasaan ekonomi atas tanah-tanah leluhur yang mereka klaim. (*)

Copyright © ANTARA 2007