Kota Gaza (ANTARA News) - Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  menyatakan bahwa krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, yang menghadapi blokade ketat Israel sejak 2007, memerlukan penyelesaian politik selain bantuan kemanusiaan.

Direktur Operasi UNRWA di Jalur Gaza Bo Schack pada Selasa (10/5) menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan yang diadakan dengan wakil organisasi non-pemerintah Gaza.

Ia memperingatkan bahwa di Jalur Gaza ada 1,9 juta warga Palestina yang hidup di bawah blokade selama bertahun-tahun dan menderita akibat tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran, selain mengalami kesulitan harian dalam mengakses listrik dan bahan bakar.

Israel telah memberlakukan blokade ketat atas Jalur Gaza sejak pengambilalihan daerah kantung tersebut oleh gerakan Hamas pada musim panas 2007. Hamas mengusir pasukan keamanan yang setia kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Selain blokade Israel, pemerintah Israel melancarkan tiga agresi militer terhadap Jalur Gaza yang menyebabkan kerusakan parah rumah-rumah dan prasarana. Serangan militer terakhir Israel berlangsung 50 hari pada musim panas 2014.

Seperti dilansir kantor berita Xinhua, Bo Schack mengatakan UNRWA menyediakan layanan medis dan pendidikan, terutama memperbaiki gedung sekolah dan klinik yang hancur selama agresi militer terakhir Israel di Jalur Gaza. (Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016