Wirausaha adalah perjalanan dan cerita pribadi"
Bangkok (ANTARA News) - Banyaknya perusahaan start-up yang didirikan oleh anak-anak muda Asia menandakan bahwa banyak ide baru bermunculan dari generasi yang juga boleh dibilang baru.




“Entrepreneurship menjadi arus minat sekarang,” kata CEO perkumpulan usahawan dunia Entrepeneur’s Organization (EO) Vijay Tirathrai disela penjurian Global Student Entrepeneur Awards (GSEA) yang diadakan di Bangkok, Thailand, pada 10-12 Mei 2016.




Hal tersebut antara lain ditandai dengan bertambahnya jumlah peserta kompetisi asal Asia. Pada 2012, hanya ada satu peserta dari Asia dari puluhan peserta lomba.




Tahun ini, dari 51 finalis, 16 peserta di antaranya asal Asia, termasuk Vania Santoso dari Indonesia, dan itu berarti sekitar 30 persen dari total peserta.




Menurut laki-laki asal Malaysia ini, pengarusutamaan kewirausahaan terlihat dari usaha pemerintah maupun sekolah dalam memperkenalkannya kepada generasi muda.




Berbicara mengenai Indonesia, ia melihat begitu banyak start-up yang bermunculan seiring maraknya investasi dalam bidang teknologi dan digital.




Indonesia juga memiliki populasi penduduk berusia muda yang kreatif, kata dia.




Ide untuk membuat sesuatu yang baru bukan menjadi satu-satunya kunci dalam memulai suatu usaha.




“Yang paling penting itu semangat,” kata dia.




Meyakini apa yang dilakukan akan menjadi sesuatu yang besar juga sangat penting dalam berwirausaha.




“Tidak ada garansi untuk sukses,” kata dia.




Kegagalan demi kegagalan yang dilalui membuat seseorang mendapat pelajaran untuk menjadi seorang usahawan.




Bagaimana menetapkan strategi dan menggunakan modal menurut dia akan didapat seiring dengan pembelajaran tersebut.




Untuk itu, dalam organisasi yang kini beranggotakan 11.800 di 48 negara ini, ia menampik bila dipandang hanya bertujuan perniagaan, karena ia ingin mencetak pemimpin yang lebih baik sekaligus menjalankan usaha dengan cara yang lebih efektif.




Untuk menjadikan pemimpin seperti itu memang butuh pembimbingan terhadap keterampilan yang dimiliki.




“Butuh waktu untuk berinvestasi pada manusia,” kata dia.




Ia sepakat akan ada orang-orang di sekitar yang berpendapat gila, tidak mungkin melakukan hal tersebut, namun baginya “tetap saja lakukan”.




“Wirausaha adalah perjalanan dan cerita pribadi,” kata dia.




Coba dan gagal




Presiden EO Indonesia Yudha Kartohadiprodjo pun berpendapat tidak hanya kreativitas tinggi dalam dunia usaha di Indonesia, namun perlu kegigihan.




Sekali mencoba sesuatu tidak berarti akan langsung berhasil, biarkan anak muda mencoba dan gagal.




“Beri kesempatan untuk gagal,” kata Yudha saat ditemui di kesempatan yang sama.




Gagal bila dipandang dari sudut pembelajaran berarti ada kesempatan untuk mencoba lagi dan lagi hingga berhasil.




Berteman dengan berbagai pelaku usaha membuat seseorang dapat menyerap ilmu dari kawannya.




Untuk itu, ia tidak hanya menilai bagaimana kemajuan bisnis seseorang melainkan juga kualitas apa yang dimiliki wirausahawan tersebut.




Melihat geliat berwirausaha di Tanah Air, ia menilai animo masyarakat terhadap entrepreneurship sangat besar bila dilihat dari pertumbuhan anggota organisasi tersebut di Indonesia.




Sejak masuk ke Indonesia sekitar tahun 1997, hingga kini EO Indonesia beranggotakan 110 orang.




Menurut Yudha, lonjakan keanggotaan yang memiliki usaha berpendapatan minimal satu juta dolar ini terasa sekitar tahun 2013.




Hingga 2013, kata Yudha, anggota organisasi baru berjumlah 70 orang.




Global Student Entrepeneur Awards (GSAE) merupakan kompetisi yang ditujukan untuk mahasiswa yang sudah memiliki usaha.




Kompetisi ini menilai bagaimana perjalanan pelajar tersebut dalam menjalankan usahanya.




Sebanyak 51 finalis yang berkompetisi di Bangkok merupakan perwakilan dari masing-masing negara setelah mengikuti seleksi regional di Hong Kong pada bulan Februari lalu.




Para finalis kemudian diseleksi lagi menjadi hanya 5 besar, yang akan memperebutkan gelar juara tahun ini.

Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016