Jakarta (ANTARA News) - Rencana pemerintah menjadikan PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan induk (holding) BUMN energi dapat mendorong sektor industri berkembang pesat karena akan mendapat pasokan gas yang lebih mudah dan murah, kata seorang pengamat energi.

"Penggabungan PGN ke dalam Pertamina akan melahirkan sinergi dan terpangkasnya biaya-biaya di jaringan pipa gas di berbagai provinsi. Jadi distribusi gas bisa lebih mudah dan murah, sehingga mendorong industrialisasi," kata pengamat ekonomi energi dari Universitas Indonesia, Berly Martawardaya di Jakarta, Selasa.

Menurut Berly, mekanisme penggabungan PGN menjadi anak usaha Pertamina sudah benar. Selain karena Pertamina 100 persen sahamnya dikuasai negara, cakupan bisnis dan aset perusahaannya juga lebih besar. "PGN jadi anak perusahaan Pertamina. Anak perusahaan boleh sahamnya sebagian dimiliki pihak lain," kata dia.

Pemerintah melalui Kementerian BUMN berencana menggabungkan PGN ke Pertamina. Nantinya, saham pemerintah di PGN sebesar 56,96 persen akan dialihkan ke Pertamina. Saat ini, saham publik di PGN sebesar 43,04 persen.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan pembentukan holding BUMN energi akan memberikan efek positif bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat.

Selain itu, karena menyangkut kepentingan nasional, masyarakat juga yang akan diuntungkan. "Infrastruktur gas akan lebih terintegrasi, baik pipa transmisi atau distribusi, dan efisiensi terjadi sehingga harga gas akan turun," kata Wianda.

Pertamina merupakan BUMN terbesar di Indonesia dengan total aset pada akhir 2015 sebesar 45,5 miliar dolar AS. Pertamina merupakan perusahaan energi yang memiliki bisnis terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Ia mengatakan Pertamina telah berinvestasi cukup signifikan dalam pembangunan pipa transmisi demi menjamin cadangan di hulu dan optimasi produksi gas nasional. Di hulu (upstream), perseroan mengoperasikan sejumlah ladang gas dengan produksi rata-rata sekitar 1.900 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Pertamina pada 2018 akan menjadi operator sekaligus pemegang hak partisipasi terbesar di blok gas terbesar di Indonesia, Blok Mahakam di Kalimantan Timur.

Sementara itu untuk midstream, Pertamina memiliki dan mengoperasikan kilang penerima LNG melalui anak usahanya, PT Nusantara Regas, perusahaan hasil sinergi Pertamina dan PGN saat ini. Pertamina juga telah mengoperasikan fasilitas Terminal Penerima, Hub, dan Regasifikasi LNG di Arun melalui afiliasi PT Perta Arun Gas.

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016