Kupang (ANTARA News) - Satuan TNI meningkatkan patroli perbatasan guna mencegah berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan menjelang pemilihan umum (Pemilu) di negara tetangga Timor Timur (Timtim), 9 April mendatang. "Pengamanan perbatasan terus ditingkatkan, patroli pasukan lebih intensif, meskipun situasi keamanan di perbatasan kondusif atau tidak terjadi gangguan terhadap kedaulatan NKRI," kata Komandan Korem (Danrem) 161/Wirasakti, Kolonel Inf Arief Rachman, MBA, di Kupang, Sabtu. Ia mengatakan, pasukan TNI di perbatasan NTT dengan Timtim menempati 38 pos pengamanan dengan jumlah yang relatif kurang jika dibandingkan dengan keadaan lima tahun lalu, saat Timtim hendak menggelar pemilu perdana tahun 2002. Pengurangan jumlah pasukan pengamanan perbatasan itu pun merupakan kebijakan komando atas yang dikaitkan dengan kondisi di lapangan yang memang telah kondusif. "Kami berharap tidak terjadi gangguan atau ancaman apa pun terhadap kedaulatan negara di perbatasan. Upaya pengamanan prima tentu terus dilakukan meskipun dalam berbagai keterbatasan," ujarnya. Kolonel Rachman mengatakan, TNI belum membuka pintu lintas batas meskipun situasi keamanan di perbatasan tetap kondusif dan di negara tetangga itu telah terkendali. Ia mengaku tetap mempedomani perintah komando atas yang hingga kini belum memerintahkan pintu perbatasan dibuka, sehingga ijin lintas batas masih ditiadakan kecuali bagi warga Indonesia yang hendak kembali dari Timtim melalui jalur darat. "Kalau ada perintah komando atas atas masukan Duta Besar RI di Timtim, tentu kami laksanakan," ujarnya seraya menolak memberi jawaban ketika wartawan menghubung-hubungkan penutupan pintu perbatasan sejak 26 Pebruari lalu, dengan situasi politik di Timtim menjelang pemilu. Semula, TNI menutup pintu perbatasan NTT-Timtim, atas permintaan Pemerintah Timtim sehubungan dengan aksi perampasan senjata di pos Polisi Nasional Timor Leste (PNTL) Unit Patroli Perbatasan atau Border Patrol Unit (BPU) di Salele, Distrik Kovalima, pada Sabtu (24/2) dan Minggu (25/2) lalu. Insiden itu dilakukan kelompok pemberontak di Timtim pimpinan Mayor Alfredo Reinado. Ia memimpin pemberontakan sejak dipecat dari kesatuan Angkatan Bersenjata Timtim (FDTL), 22 Mei 2006. Pasca insiden perampasan senjata itu, aparat keamanan Timtim menginformasikan rencana aksi serupa yang hendak dilaksanakan di tapal batas Batugade, Balibo, Distrik Bobonaro, Timtim, kepada aparat TNI di tapal batas Mota`ain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. TNI kemudian menutup pintu lintas batas dari dan ke negara kecil itu sejak Senin (26/1) lalu, kecuali bagi WNI yang hendak meninggalkan Timtim melalui jalur darat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007