Yogyakarta (ANTARA News) - Ribuan umat Hindu dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) dengan berpakaian tradisional Jawa dan Bali, Minggu, memadati pelataran Candi Prambanan untuk melaksanakan upacara `tawur agung kesanga` yang merupakan rangkaian kegiatan menjelang pelaksanaan Nyepi tahun Saka 1929. Ketua panitia, I Nyoman Darmayuda mengatakan, upacara `tawur agung kesanga` atau upacara `buthayadnya` bermakna untuk menyelaraskan atau mengharmoniskan alam semesta beserta seluruh isinya. Suasana upacara kali ini nampak kental `warna` Jawa karena didasari prinsip kehidupan yang menyesuaikan dengan `desa, kala, patra` atau tempat, waktu dan keadaan. Selama berlangsung upacara terdengar rangkaian `kidung` Jawa. Prosesi ritual antara lain `atur piuning` atau mengiring `tirta` (air) dari Candi Boko ke Candi Prambanan kemudian mengusung air tersebut mengelilingi Candi Brahma, Wisnu dan Siwa di kompleks Candi Prambanan. Selanjutnya dilakukan `mendak tirta` serta penampilan tari rejang dan tari jempana kemudian mengarak tiga ogoh-ogoh yang merupakan simbol kejahatan dimuka bumi. Serangkaian upacara ritual tersebut dipimpin oleh Kanjeng Ratu Gayatri, pedanda dari Surakarta. Setelah prosesi ritual selesai umat Hindu dibagikan `tirta caru` dan `nasi tawur` sebagai pelengkap ritual di rumah dan pura pada petang hari nanti sebelum umat Hindu melaksanakan `brata penyepian` yang meliputi tidak menyalakan api (amati geni), tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan) dan tidak melkaukan kegiatan hiburan (amati lelanguan). Kegiatan Nyepi ini akan berlangsung mulai Senin (19/3) pukul 06 00 hingga Selasa (20/3) pukul 06.00 WIB atau selama 24 jam. Nyepi merupakan momentum bagi umat Hindu untuk melakukan introspeksi diri di masa lalu serta memantapkan diri dalam mencapai keseimbanga jiwa serta penegakan darma dalam kehidupan di masa mendatang.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007