Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Ramadhan kali ini, terutama saat tarawih, akan dibasahi hujan sehingga masyarakat harus bersiap diri dengan berbagai kemungkinan.

"Tahun ini kita akan mengalami kemarau basah yang merupakan dampak dari La Nina ditambah fenomena alam dipole mode negatif. Ini memang bisa dikatakan sebagai gangguan cuaca," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya dalam jumpa pers "Updating Perkembangan Kondisi Cuaca dan Iklim 2016 saat Bulan Ramadhan" di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan kemarau basah adalah istilah untuk menyebut musim kemarau disertai hujan yang sering turun tetapi tidak bisa disebut sebagai musim penghujan.

Dengan kata lain, terjadi musim kemarau disertai hujan di atas normal. Intensitas hujan di musim kemarau sepanjang Juni diprediksi akan terus meningkat seiring peralihan musim penghujan menuju kemarau yang terjadi mulai Juli.

Fenomena awal ini, kata dia, terjadi pada Juli-Agustus di sebagian besar wilayah Indonesia seperti Sumatera Utara bagian barat, Sumatera Barat bagian barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Papua.

"Jadi Juni ini akan menjadi masa peralihan menuju kemarau basah. Misalnya bagi masyarakat yang sedang menjalani rangkaian ibadah puasa, seperti tarawih, kemungkinan akan sering bertemu dengan hujan. Silakan diantisipasi," kata dia.

Kemarau basah sepanjang Juli-Agustus, kata Andi, diprediksi akan meningkatkan potensi banjir dan tanah longsor yang juga bakal mempengaruhi komoditas pertanian dan perikanan.


Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016