Jakarta (ANTARA News) - Ada kesan lebih dari sekedar salam hangat ketika Senator Amerika Serikat (AS) Barack Obama, bertemu Menteri Luar Negeri Indonesia Nur Hassan Wirajuda, akhir pekan lalu di Washington DC. "Dia masih lancar mengucapkan `selamat pagi` dan `selamat siang`, meski bahasa Indonesianya pasif. Kami mengobrol akrab, apalagi sama-sama lulusan Harvard. Waktu mahasiswa, kesenangannya adalah menghabiskan waktu di perpustakaan," kata Wirajuda dalam dialog "Kebijakan Deplu dalam Rangka Peningkatan Perdagangan dan Investasi" yang diselenggarakan Kadin di Jakarta, Minggu malam. Wirajuda menceritakan pengalaman bertemu calon kandidat presiden dari PartaiDemokrat AS itu atas permintaan moderator. Obama, politikus kulit hitam AS yang berayah tiri seorang Indonesia, pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta ketika usia sekolah dasar. Dalam pertemuan selama 25 menit yang berlangsung di "Foreign Relations Committee" di Gedung Senat, pembicaraan berkisar tentang perkembangan terkini di Indonesia, peranan Indonesia di Asia Tenggara serta kerja sama dan kemitraan kedua negara. "Kami tidak membicarakan pencalonan dirinya, tapi perkiraan saya, yang dia tuju bukan pemilihan presiden AS dua tahun mendatang. Mungkin yang dia lakukan sekarang hanya pencanangan, dan targetnya adalah pemilihan setelah dua tahun ke depan," katanya. Menurut Wirajuda, Obama dalam autobiografi tersebut mengemukakan bersekolah di Jakarta di kawasan Manggarai, sebelum pindah ke SD negeri di Jalan Besuki, Menteng. Hal itu seiring taraf kehidupan keluarga yang membaik setelah ayahnya bergabung dengan satu perusahaan minyak. "Sebagai anak berusia tujuh atau delapan tahun, dia mengenang masa itu dengan kegembiraan, seperti mengejar ayam dan menghindari kerbau," kata Wirajuda mengutip buku Obama. Wirajuda memiliki kesan baik terhadap Obama. "Saya kira dia bisa menjadi sahabat sejati Indonesia." (*)

Copyright © ANTARA 2007