Batam (ANTARA News) - Meski menyandang gelar Profesor Doktor Ing Sc.h.c., Presiden RI ketiga Baharuddin Jusuf Habibie tidak mementingkan gelar yang disandang. "Profesor, Doktor, 'forget it'," kata pria kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936, itu sambil menggerakkan tangannya, di Batam, Kamis. Menurut Bapak Kota Batam itu, kini yang terpenting adalah aksi, bukan gelar dan banyak bicara. Dengan mimik khasnya, doktor peraih predikat summa cum laude Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, itu bercerita ketika ia masih menjadi asisten ilmuwan di kota bekas jajahan Nazi itu. Sebagai seorang asisten, Habibie muda bertugas membuat makalah yang disampaikan sang profesor. Saat menulis nama sang profesor, anak keempat dari delapan bersaudara itu pun bingung, harus menggunakan gelar yang mana. "Gelar Doktornya saja ada empat," katanya, yang kala itu menggunakan batik hitam putih dengan peci hitam "bertengger" di kepala. Ia pun memutuskan bertanya kepada sang guru. "Cukup tulis nama saya," kata Habibie lantang, menirukan suara sang profesor. "Gelar itu tidak penting, yang penting 'action', biarpun S3 kalau hanya bisa bikin polemik, percuma," kata pria yang menikahi dr. Hasri Ainun 12 Mei 1962 itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007