Saya jual ke kolektor karena sudah tidak laku, jumlahnya tidak mencapai 35 juta, tapi saya kembali nabung untuk mencapai itu, dan langsung didaftarkan untuk haji
Cirebon, Jawa Barat (ANTARA News) - Kakek asal Kota Cirebon, Ambari (95), menabung untuk biaya ongkos naik haji (ONH) sejak zaman penjajahan dan baru tahun ini dia akhirnya bisa berangkat naik haji.

Buruh tani ini mengaku telah mengumpulkan uang hasil bertaninya pada sebuah celengan yang terbuat dari kaleng yang dia lakukan sejak Indonesia masih dijajah. Uang-uang itu dia kumpulkan dan simpan dengan baik.

"Kalau ada penjajah datang saya simpan celengannya dipendam dalam tanah dan kalau sudah aman diambil lagi," kenang Ambari.

Mengaku ikut berjuang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Ambari menyatakan kebiasaan menabungnya tak pernah surut oleh perang.

Dia mengaku ikhlas berjuang memerdekakan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesi dan menganggap pengorbanannya itu sebagai kewajibannya membela negara.

Ia mengaku tidak mendapatkan bantuan sepeser pun dari pemerintah atas pengorbanan yang ia lakukan untuk mempertahankan NKRI dari penajajah.

"Saya ikhlas dalam bela negara, waktu muda saya tidak ikut wajib militer, hanya petani biasa yang siap bertempur melawan penjajah ketika diserang ataupun menyerang," kata Ambari.

Berjuang melawan penjajah sekaligus mengumpulkan uang ONH, bukan perkara mudah. Namun keikhlasan dan semangat Ambari telah mengantarkan dia memulai perjalanan ziarah iman ke tanah suci untuk pergi haji.

Uang yang ia kumpulkan sudah tidak bisa lagi digunakan karena sudah tidak berlaku lagi. Namun Ambari mendapatkan imbalan setimpal karena seluruh uangnya telah dia jual kepada kolektor, untuk kemudian dia tabungkan kembali.

"Saya jual ke kolektor karena sudah tidak laku, jumlahnya tidak mencapai 35 juta, tapi saya kembali nabung untuk mencapai itu, dan langsung didaftarkan untuk haji," kata diaa.

Ambari akan segera naik haji, namun dia belum bisa mengadakan syukuran. Jangankan untuk sukuran, uang saku untuk selama di tanah suci saja ia belum mengantonginya.

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016