Dili (ANTARA News) - Presiden Timor Leste Xanana Gusmao, Kamis, menyalahkan partai Fretilin atas terjadinya bentrokan dalam kampanye pemilihan presiden, Senin dan memperingatkan akan timbul "aksi kekerasan yang meningkat" jika calon dari Fretilin kalah. Paling tidak 30 orang cedera, Rabu, ketika para pendukung partai yang bersaing saling melemparkan batu pada hari terakhir kampanye resmi untuk pemilihan presiden, Senin. "Kini dunia dapat melihat bahwa ada satu partai bukannya menyerukan para pendukungnya untuk tenang, justru mereka mengizinkan para pendukung mereka untuk memprovokasi, melemparkan batu, berkelahi di jalan-jalan," kata Xanana dalam wawancara dengan Televisi Reuters. Timor Leste dilanda aksi kekerasan menjelang kemerdekannya tahun 2002 dan 30 orang tewas dalam satu pemberontakan tahun lalu. Xanana mengatakan rakyat Timor Leste masih trauma akibat kerusuhan tahun lalu dan ia memperingatkan aksi kekerasan akan terjadi kembali jika calon presiden dari Fretilin, Fransisco Guterres kalah. "Saya yakin jika calon mereka kalah, akan timbul kerusuhan, itu akan menghancurkan mereka karena semua rakyat Timor Leste tidak menginginkan kerusuhan." Seorang pejabat kampanye Fretilin, Carmen da Cruz mengemukakan kepada Reuters partainya tidak mendukung kerusuhan. "Sejak dari awal, para pemimpin Fretilin menyerukan toleransi dan kesabaran ... tapi mungkin karena begitu banyak orang apa yang terjadi di luar kontrol para pemimpin partai," katanya. Partai Fretilin yang dipimpin mantan PM Mari Alkatiri yang memimpin perjuangan Timor Leste melawan pemerintah Indonesia kini adalah partai yang menguasai parlemen. Guterres adalah seorang calon di antara delapan kandidat yang ikut bertarung dalam pemilihan Senin tapi menghadapi seorang calon kuat Jose Ramos Horta, yang mendapat Hadiah Perdamaian Nobel dalam perjuangannya bagi kemerdekaan dari Indonesia. Xanana, seorang pahlawan kemerdekaan yang karismatik dan sekutu Ramos Horta, tidak ikut dalam pemilihan itu tapi mengatakan ia akan bertarung untuk kursi perdana menteri dalam pemilhan parlemen tahun ini. Timor Leste dilanda kekacauan tahun lalu setelah pemerintah memecat 600 tentara yang memberontak. Aksi kekerasan itu menyebabkan sekitar 100.000 orang mengungsi dan memicu campurtangan pasukan asing. Mal Rerden, panglima Pasukan Stabilisasi Internasional di Timor Leste , mengatakan ia memiliki rencana keamanan luas untuk mencegah terjadi kerusuhan selama pemilihan itu.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007