Dili (ANTARA News) - Dubes RI di Dili, Ahmad Sofwan Bey, menyatakan kegembiraannya bahwa pelaksanaan pemilu presiden perdana di Timtim berjalan baik dan jauh dari kerusuhan, sekaligus menginginkan Timor Timur yang lebih baik lagi kondisinya. "Keinginan pemerintah kita itu sangat tepat karena sudah dari kodratinya bahwa kita ini bertetangga. Saya analogikan dalam hubungan bertetangga dengan rumah sebelah, kalau di sebelah baik maka kita akan baik juga dan sebaliknya begitu," katanya kepada ANTARA News, di ruang kerjanya, di Dili, Timor Timur, Selasa. Bey menyatakan, pada hari pemilu dilaksanakan di Dili dan sekitarnya, dia beserta sejumlah staf dan tim pengamat dari Kementerian Luar Negeri Indonesia melakukan pengamatan dari jarak dekat ke sejumlah TPS yang ada. Di semua TPS --hingga Aileu yang memakan waktu tiga jam bermobil-- masyarakat antusias melakukan hak politiknya. Mereka juga sangat bersahabat pada "Tim Indonesia" yang datang untuk mengamati pelaksanaan pemilu perdana bagi negara yang meraih kemerdekaannya pada 20 Mei 2002 itu. Tidak ada kecurigaan atau kekhawatiran apapun dari panitia pelaksana atau masyarakat pemilih yang hadir di TPS-TPS itu. Hubungan bertetangga yang baik dan semakin kondusif di kemudian hari, menurut Bey, sangat diperlukan bagi kedua pihak, karena pada hakekatnya kedua pihak saling memerlukan satu sama lain. Bentuk nyata hubungan timbal-balik itu sangat nyata pada bidang perdagangan bilateral, di mana arus barang dan jasa dalam bilangan miliiaran rupiah bergulir setiap bulan di empat pintu perbatasan resmi yang telah ditentukan. Dalam waktu dekat, jika tidak aral melintang, pemerintah kedua negara akan meresmikan pengoperasian pasar internasional bersama di Pintu Pos Utama Perbatasan Mota Ain, yang bersebelahan dengan Pos Batugade di wilayah Timor Timur. "Bagi Jakarta, dan saya bagian dari pemerintah, siapapun yang memimpin bangsa ini sebagai kepala negara, tidak masalah. Karena, dasar pijakan politik luar negeri kedelapan kandidat yang salah satunya pasti terpilih menggantikan Presiden Gusmao, jelas. Itu adalah, memprioritaskan hubungan baik dengan Indonesia dan Australia," katanya. Kedua negara itulah, katanya, yang secara geografis dan geopolitik serta budaya, yang paling berpengaruh kepada Timor Timur dan mendapat pengaruh dari keberadaan negara di Pulau Timor itu. Kedua negara itu, katanya, juga telah bersepakat agar Timor Timur bisa lebih maju lagi di kemudian hari. "Baik Indonesia dan Australia telah mempunyai pemahaman bahwa kedua pihak itu akan saling mengerti tentang kiprah masing-masing di Timor Leste ini, sepanjang itu disetujui pemerintah Timor Leste. Itu pula sebabnya, Australia memahami kita tidak mengirimkan pasukan pengamanan atau polisi di negara itu. Ini masalah psikologis yang belum bisa diselesaikan saat ini," katanya. Dia menyatakan, salah satu bentuk kontribusi yang ingin diberikan Indonesia untuk memperkaya khazanah budaya bangsa Timor Leste adalah dengan memajukan bahasa Indonesia yang hingga kini sering terdengar di mana-mana di negara itu, sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Dari Jakarta, dilaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda, menyambut baik dan positif pelaksanaan pemilu di Timor Timur yang secara umum baik, aman, dan lancar. Timor Leste merupakan negara di Asia Tenggara yang mengalami masa penjajahan paling lama oleh kolonialisnya, Portugis, yaitu selama lebih dari 450 tahun.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007