Dili (ANTARA News) - Pemilihan presiden Timor Leste akan dilangsungkan dengan pemimpin partai yang berkuasa Fretilin, Francisco Guterres menghadapi salah satu pesaing lainnya. "Guterres telah siap untuk memasuki putaran kedua," kata komisi pemilu nasional Timor Leste Faustino Cardoso, ketua komisi pemilu kepada AFP, Rabu. Meskipun demikian, tak segera jelas yang mana dua pesaing utama lainnya itu, yang akan menghadapi Gutteres dalam putaran kedua 8 Mei. Populer dikenal sebagai Lu-Olo, Gutteres mengantongi 28,3 persen dengan 354.033 suara yang dihitung setelah pemungutan suara pemilihan presiden Senin. Pemilu presiden ini adalah untuk pertama kalinya digelar di Timor Leste sejak mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 2002. Pemenang hadiah Nobel Jose Ramos-Horta, perdana menteri negara kecil itu sekarang, menempati urutan kedua dengan perolehan 22,5 persen, kata Cardoso. Sedangkan kandidat dari oposisi, Partai Demokrat, Fernando `Lasama` de Araujo, memenangkan 18,6 persen suara. Putaran kedua dilakukan setelah pada pemungutan suara sebelumnya tidak ada kandidat yang memenangkan lebih dari 50 persen suara, pada putaran pertama. Para pengamat mengatakan, pemilu Senin itu pada umumnya berlangsung terbuka, tertata dan damai setelah adanya kekhawatiran-kekhawatiran, bahwa pemilihan presiden di bekas koloni Portugis itu akan berlangsung rusuh. Ramos-Horta Rabu menyatakan adanya kekhawatiran serius, dengan mengatakan bahwa ada banyak dugaan ketidaklayakan dalam pemungutan suara, tapi berjanji tidak ada yang menentang hasilnya jika dia gagal masuk ke putaran kedua. "Saya yakin bahwa apapun yang terjadi pada hasil pemilihan, kami semua harus menghormatinya dan bekerja demi diterimanya secara damai pemilu pertama ini." Delapan calon telah bertekad untuk menggantikan presiden Timor Leste sekarang, Xanana Gusmao, seorang bekas pemimpin gerilya yang karismatik, yang tidak mengupayakan untuk dipilih kembali dan ingin menjadi perdana menteri di negara itu. Pemilihan ini dilakukan setelah Timor Leste menghadapi tahun-tahun pergolakan. Kerusuhan meletus pada April dan Mei tahun lalu disebabkan oleh adanya militer yang melakukan pembelotan. Pertempuran-pertempuran kemudian pecah antara faksi-faksi dari militer, di samping antara militer dan polisi, dan kekerasan antar kelompok.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007