Semarang (ANTARA News) - Pakar keperawatan maternitas Ns. Rita Dewi, M.Kep. Sp.Kep.Mat mengingatkan kesibukan berkarier bagi perempuan bukan halangan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif.

"Kendala yang sering dialami perempuan karier yang punya anak yang masih bayi adalah pemberian ASI eksklusif. Namun, sesibuk apapun, tetap berikan ASI secara eksklusif," katanya di Semarang, Sabtu.

Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi pemateri kegiatan "parenting class" bertema "Perawatan Bayi Baru Lahir" yang diprakarsai Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kusuma Pradja Semarang.

Jebolan Magister Keperawatan Maternitas Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan ibu yang berkarier tetap berkesempatan memberikan ASI eksklusif dengan cara diperah atau dipompa.

"Mestinya, ada ruang laktasi di unit-unit kerja. Jadi, ibu yang masih masa menyusui bisa menyempatkan waktu untuk memompa ASI untuk diberikan pada anaknya meski mereka bekerja," katanya.

Rita yang juga Kepala Bidang Keperawatan RSIA Kusuma Pradja Semarang itu mengatakan ASI yang sudah dipompa dan ditempatkan dalam botol atau wadah khusus bisa bertahan sekitar 6-8 jam.

"Itu dalam kondisi ruangan dengan suhu biasa. Kalau dimasukkan dalam kulkas, ASI bisa bertahap sampai 3 hari. Jika mau lebih lama, bisa dimasukkan freezer. Bisa sampai satu bulan," katanya.

Maka dari itulah, kata dia, berkarier atau bekerja sebenarnya bukan halangan bagi para ibu untuk tetap memberikan ASI-nya secara eksklusif, sebab banyak upaya yang bisa dilakukan.

Selain itu, Rita mengatakan kendala pemberian ASI eksklusif biasanya juga dialami ibu-ibu muda atau yang belum pernah memiliki anak, sebab tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai ASI.

"Ibu-ibu muda yang belum pernah punya anak kan sering khawatir saat mengetahui ASI-nya tidak keluar banyak. Ketika bayinya menangis, mereka menganggap anaknya masih lapar karena ASI kurang," katanya.

Ia mengungkapkan sebenarnya aliran ASI yang kurang itu normal selama 1-3 hari setelah melahirkan, namun banyak ibu yang tidak tahu, tidak paham, tidak sabar, atau khawatir anaknya menangis.

Seringkali, kata dia, para ibu muda yang belum paham itu malah menambahnya dengan susu formula yang diberikan melalui botol susu, padahal ASI harus terus distimulus melalui hisapan mulut bayi.

"Kalau ASI-nya ingin lancar dan banyak, ya, harus terus menyusui bayinya. Bayi yang sudah terbiasa ngedot akan enggan menyusu ibunya. Ya, bagaimana mau lancar ASI-nya kalau begitu," pungkasnya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016