Los Angeles (ANTARA News) - Sulit melihat kemungkinan apakah kebijakan Donald Trump sebagai presiden nanti akan berdampak pada jumlah mahasiswa internasional di Amerika Serikat, namun sejumlah pakar yakin tidak akan ada perubahan besar soal keberadaan mahasiswa asing.

Jumlah warga internasional yang sedang menempuh pendidikan di perguruan-perguruan tinggi AS mencapai catatan tertinggi pada tahun akademik 2015-2016, yaitu lebih dari satu juta mahasiswa.

Data itu tercantum pada laporan yang dikeluarkan Institute of International Education (IIE), yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan AS.

Catatan tersebut menandai peningkatan jumlah mahasiswa internasional pada perguruan tinggi AS selama sepuluh tahun berturut-turut, seperti yang dilaporkan IIE.

Dalam sepuluh tahun terakhir, angka itu telah meningkat hingga 85 persen.

Dengan adanya presiden baru Amerika, "menarik untuk dilihat apakah kebijakan Donald Trump di masa depan sebagai presiden akan mempengaruhi jumlah mahasiswa asing," bunyi laporan Los Angeles Times soal banyaknya kekhwatiran di kalangan mahasiswa internasional.

"Menurut saya, tidak akan ada perubahan besar soal jumlah mahasiswa asing yang mendaftar ke perguruan-perguran tinggi AS," kata konsultan pendidikan dan karier, Julia Bulanda, kepada Xinhua, Senin.

Dalam sejarah pencatatan data IIE soal keberadaan mahasiswa asing di Amerika Serikat, jumlah mahasiswa internasional mengalami peningkatan kendati ada perubahan politik, masalah ekonomi dan bencana alam, menurut laporan Los Angeles Times, yang mengutip konsultan senior IIE, Peggy Blumenthal.

"Semakin lebar kita membuka pintu bagi kebudayaan lain untuk para mahasiswa kita, negara kita dan dunia akan semakin baik," kata Kepala IIE Allan Goodman dalam suatu pernyataan.

Menurut laporan baru, China dan India masih menjadi negara sumber paling banyak mahasiswa yang berdatangan ke AS. Di antara lebih dari satu juta mahasiswa internasional di Amerika Serikat, 31,5 persen di antaranya datang dari China.

"Ada sejumlah mahasiswa China yang khawatir bahwa kebijakan akan berubah setelah Donald Trump mengambil alih Gedung Putih... mereka khawatir bahwa "akan semakin sulit untuk diterima di perguruan-perguruan tinggi AS atau semakin sulit untuk mengajukan permohonan visa H-1B (visa kerja) setelah lulus kuliah," kata Bulanda.

Sumbangan para mahasiswa internasional terhadap penelitian yang dilangsungkan Amerika sangat penting.

IIE, organisasi nirlaba yang berpusat di New York dan berupaya memajukan pendidikan internasional serta akses pendidikan di seluruh dunia, mengatakan bahwa lebih dari sepertiga mahasiswa internasional mengambil bidang studi teknik, matematika atau ilmu komputer sebagai jurusan utama mereka.

Sebesar 14 persen mahasiswa asing menjalankan praktik kerja pilihan, yang banyak di antaranya di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, teknik atau matematika.

Mahasiswa internasional lebih banyak memilih California dibandingkan negara-negara bagian lainnya sebagai tempat untuk menempuh studi.

Di California sepanjang tahun akademik 2015, terdapat 150.000 mahasiswa sehingga menjadikan negara bagian itu sebagai tujuan utama mahasiswa dari luar negeri, menurut IIE.

Empat dari 20 universitas terbaik di AS yang menerima mahasiswa internasional berlokasi di California dengan University of Southern California (USC) berada di tempat kedua setelah New York University.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016