Manila (ANTARA News) - Presiden Filipina, Gloria Macapagal Arroyo, memolisasi angkatan darat untuk membantu polisi mengatasi meningkatnya kekerasan menjelang pemilihan umum pada 14 Mei 2007, menyusul dua orang lagi tewas, termasuk seorang walikota. Arroyo juga telah memerintahkan didirikannya tempat-tempat pemeriksaan di seantero negara itu untuk mengambil tindakan keras terhadap panglima perang politik yang bekerja untuk pasukan bersenjata privat. "Saya menyerukan kepada pasukan angkatan darat untuk memperkuat polisi guna menghentikan kekerasan pemilu dan menindak tegas pihak-pihak yang menggunakan kekuatan dan intimidasi untuk mencapai tujuan para pengikutnya," kata Arroyo dalam sebuah pernyataan. "Saya dengan tegas meminta para kandidat dari semua partai untuk menjauhkan diri dari ketegangan dan bukan untuk menguji atau menentang pemerintah," katanya. Presiden mengatakan, pihaknya menginginkan para pasukan ditempatkan di belasan kawasan yang kemungkinan menimbulkan kekerasan politik saat pemilu digelar. Oscar Calderon, kepala polisi nasional, mengatakan kekerasan politik "telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan", dan meminta para komandan lapangan untuk mengambil tindakan guna mencegah pembunuhan lebih lanjut. "Kami memerlukan kewaspadaan polisi yang lebih serius dan efektif, lebih digiatkan lagi larangan membawa senjata dan tindakan tegas terhadap pengawal dan pasukan bersenjata privat untuk mengurangi meningkatnya gelombang kekerasan," kata Cardon, Senin. Sebanyak 45 juta warga Filipina dipastikan akan menggunakan hak pilihnya pada 14 Mei untuk pengisian 18.000 posisi jabatan pemerintahan nasional dan lokal. Dalam aksi kekerasan terbaru, dua orang terbunuh dan lima lainnya cidera di Kota San Carlos di provinsi Pangasinan pada Sabtu. Warga yang tewas itu termasuk seorang walikota. Pekan lalu, empat orang terbunuh dan dua lusinan lainnya luka-luka ketika kelompok-kelompok politik berseteru terlibat dalam bentrokan di kota beras di provonsi Nueva Ecija sebelah utara Manila. Lebih dari 30 orang telah tewas dalam sekitar 90 insiden kekerasan yang bertalian dengan pemilu sejak dimulainya kampanye pada Februari silam. Lebih dari 140 orang tewas akibat kekerasan politik dalam pemilihan presiden pada 2004, salah satu peristiwa mematikan sejak diktator Ferdinand Marcos ditumbangkan pada 2004, demikian Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007