Jakarta (ANTARA News) - PT Taspen (Persero) selama tahun 2016 membukukan aset Rp198,62 triliun, tumbuh 15,30 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp172,26 triliun.

"Pertumbuhan aset sebesar 15,30 persen pada tahun 2016 tergolong tinggi untuk nilai aset sebuah perusahaan yang mencapai ratusan triliun," kata Direktur Utama PT Taspen Iqbal Latanro di Jakarta, Minggu.

"Kemampuan perusahaan meningkatkan kinerja keuangan tidak terlepas dari keberhasilan program kerja strategis dan lingkungan bisnis Taspen," katanya.
 
Iqbal mengatakan pertumbuhan aset selama 2016 ditopang antara lain oleh kenaikan aset investasi yang mencapai Rp167,35 triliun atau tumbuh 17,58 persen dibanding tahun sebelumnya.

Komposisi aset investasi Taspen terbesar, menurut dia, terdapat pada portofolio obligasi, sukuk, dan kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) sebesar Rp124,28 triliun.

Sedangkan portofolio deposito mencapai Rp28,28 triliun, dan aset non-investasi tercatat Rp31,27 triliun atau hanya naik 4,4 persen.

Peningkatan dana investasi membuat jumlah hasil investasi sepanjang 2016 melonjak 23,04 persen menjadi Rp15,21 triliun dari sebelumnya Rp12,36 triliun.

"Sejak tahun 2015 Taspen mencoba mengubah strategi investasi dengan mengurangi portofolio deposito sebagai konsekuensi dari penurunan tingkat bunga perbankan. Kami lebih gencar pada portofolio obligasi korporasi," ujar Iqbal.

Meski begitu, Taspen hanya membukukan laba bersih Rp247,25 miliar atau turun 57,22 persen dibandingkan 2015 yang mencapai Rp577,90 miliar, karena lonjakan pembayaran klaim dari Rp4,5 triliun pada 2015 menjadi Rp8,1 triliun tahun lalu.

"Kenaikan pembayaran klaim tersebut yang menekan capaian hasil usaha. Karena, biasanya dalam setahun klaim yang dibayarkan hanya sekitar Rp4,5 triliun," ujarnya.


Alokasi Distribusi Aset

Direktur Keuangan Taspen Iman Firmansyah mengatakan selama tahun 2016 alokasi distribusi aset terbesar pada surat utang negara (SUN), suku bunga, dan obligasi korporasi (74 persen) disusul alokasi pada deposito berjangka di bank pemerintah, Bank BPD dan bank swasta (32 persen), serta saham dan reksadana (sembilan persen).

Selama tahun 2016, Iman menjelaskan, perusahaan menjalankan program pengalihan portofolio dengan meningkatkan alokasi investasi langsung pada tiga sektor usaha yaitu infrastruktur, bank dan jasa keuangan.

"Tahun 2016, investasi langsung Taspen mencapai sekitar Rp1,9 triliun atau sekitar 2 persen total investasi. Ditargetkan pada 2017 investasi langsung bisa mencapai empat persen atau sekitar Rp8,5 triliun," ujarnya.

Dalam hal layanan, Taspen membayar klaim Jaminan Kecelakaan (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) masing-masing Rp538,7 juta dan Rp44,13 miliar pada 2015, dan tahun 2016 pembayaran klaim tersebut meningkat menjadi Rp8,12 miliar dan Rp752,07 miliar.

Kenaikan pembayaran manfaat Tunjangan Hari Tua (THT) dan klaim JKK/JKM secara langsung menekan capaian hasil usaha yang pada 2015 mencapai Rp577,9 miliar menjadi Rp247,25 miliar pada 2016.


Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017