Dili (ANTARA News) - Peraih Nobel Perdamaian, Jose Ramos-Horta, hari Rabu secara resmi dinyatakan menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Timor Timur, di saat dilaporkan pecah kekerasan baru di ibukota negeri itu. Empat rumah dibakar habis ketika gerombolan bersaing bentrok di Dili dalam kerusuhan baru, yang dikatakan pejabat tak berhubungan dengan pemilihan presiden pekan lalu. "Itu tanda kebangkitan bentrokan antar-kelompok," katak wanita juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Allison Cooper. "Kami tidak percaya itu berhubungan dengan pemilihan umum. Walaupun begitu, polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyelidikinya," kata Cooper kepada kantor berita Prancis, AFP. Satu penduduk menyatakan beberapa anggota komplotan membawa senapan sewaktu bertempur di daerah Bairro Pite, walaupun tak ada laporan tentang yang luka. "Mereka menyerang pagi ini pada pukul 10.00 (08.00 WIB). Mereka mengambil alih daerah itu dan membakari rumah sampai polisi datang. Beberapa dari mereka membawa senjata otomatis," kata warga kepada AFP, tapi menolak memberi namanya. Polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan setempat, didukung tentara asing penjaga perdamaian, memulihkan keamanan di negara rusuh itu sesudah kekerasan meledak di antara kelompok bersaing pada Mei tahun lalu, yang menewaskan 37 orang. Kekerasan Rabu itu terjadi beberapa jam sebelum pengadilan banding mengumumkan hasil resmi pemilihan penanda minggu lalu. "Sesuai dengan undang-undang, hakim pengadilan ini menyatakan hasil pemilihan pada 9 Mei 2007 sah," kata ketua pengadilan banding Claudio Ximenes. "Calon terpilih untuk presiden Timor Timur adalah Jose Ramos-Horta," katanya. Ramos-Horta mendapatkan 69 persen dari suara dalam pemilihan itu pada kemenangan besar, yang diharapkan banyak orang Timor Timur membawa perdamaian dan memulihkan perpecahan mendalam setelah kerusuhan tahun lalu. Calon partai berkuasa Fretilin Francisco Guterres mendapatkan 31 persen dari suara. Pemiliha umu itu merupakan yang pertama bagi negara miskin tersebut sejak merdeka pada 2002 sesudah masa pemisahan berdarah setelah seperempat abad bergabung dengan negara tetangga, Indonesia. Ramos-Horta dijadwalkan diambil sumpahnya sebagai presiden pada Minggu. Kekerasan Rabu menyusul pembakaran dilaporkan terjadi di kabupaten Ermera dan Vikeke beberapa hari terahir, yang dikatakan pemimpin masyarakat setempat terkait dengan persaingan di antara pendukung kedua calon presiden itu. Bentrokan di ibukota itu di mulai Selasa malam sewaktu kelompok tersebut baku-lempar batu dan berlanjut sampai Rabu pagi, kata duta Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam pernyataannya. Sebanyak 17 orang ditangkap, kata PBB. Ramos-Horta pekan lalu mengumumkan akan berkunjung ke Indonesia setelah pelantikan dalam upaya meningkatkan hubungan kedua negara itu. Ia menang mutlak dalam pemilihan presiden untuk menggantikan Xanana Gusmao, yang berusaha keras memperbaiki hubungan dengan Indonesia, yang pernah menjadikan Timor Timur sebagai provinsi ke-27. Ramos Horta menerima pesan selamat dan dukungan dari para pemimpin negara sejak kemenangannya, dan dilaporkan telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. "Selain menyampaikan ucapan selamat, mereka juga mengundang saya mengunjungi negara mereka dan saya juga mengundang mereka berkunjung ke Timor Leste," katanya, menggunakan nama resmi negaranya. "Pembicaraan dengan Presiden Susilo juga untuk membahas beberapa masalah dalam kaitan hubungan dwipihak," katanya, tanpa memberikan tanggal pasti untuk kunjungannya ke Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007