Kupang (ANTARA News) - Seorang pengamat masalah Timor Leste, Ir. Filomeno J Hornay M. Agr.Sc, menilai kekerasan demi kekerasan yang melanda Timor Leste merupakan dendam lama yang sulit diakhiri. "Kekerasan di Timor Leste terjadi karena dendam dan itu sulit untuk diakhiri dalam waktu yang singkat," kata Filomeno J Hornay, di Kupang, Senin. Kekerasan kembali terjadi yang ditandai dengan tawuran saling lempar batu antara kelompok pemuda di Dili, ibukota Timor Leste, pada Minggu (20/5) dan menewaskan satu orang. Tawuran itu terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Timor Leste terpilih, Jose Ramos Horta ,diambil sumpahnya sebagai presiden menggantikan Xanana Gusmao. Dalam insiden itu, 42 orang ditangkap dan tiga kendaraan PBB rusak. Sebelumnya, kekerasan terjadi pada Mei 2006 dan menimbulkan suasana tegang di kota Dili, sehingga memaksa ribuan orang mengungsi ke tempat-tempat penampungan umum. Polisi PBB dan pasukan penjaga perdamaian diterjunkan untuk memulihkan keamanan setelah terjadi kerusuhan yang menyebabkan 37 orang meninggal. Tawuran yang terjadi pada Minggu antara kelompok pemuda dari bagian timur negara itu, yang mendukung partai berkuasa Fretilin dengan kelompok pemuda pendukung partai kecil di belakang Ramos Horta yang memenangi pemilu putaran kedua pada 9 Mei lalu. Menurut Filomeno, pemerintah Timor Leste memerlukan waktu minimal dua generasi dan harus dimulai secara sistematis untuk mengakhiri dendam yang terjadi di antara sesama orang Timor Leste. Sekjen Uni Timor Aswain (Untas) atau persatuan untuk orang Timtim di Indonesia itu --paguyuban orang Timor Leste di Indonesia -- menambahkan belum melihat ada tokoh panutan di negara kecil itu yang mampu tampil dan menjadi penyatu bagi seluruh rakyat. "Timor Lests membutuhkan waktu lama, paling tidak dua generasi untuk mengakhiri dendam. Itupun harus dilakukan oleh seorang tokoh panutan yang bisa diterima oleh seluruh rakyat negara itu," katanya. Dendam yang terjadi di antara sesama orang Timor Leste, menurutnya, adalah hal yang sudah menjadi tradisi dari generasi ke generasi. Dia berharap, seluruh rakyat Timor Leste dapat menyadarinya dan tidak terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang justeru akan terus membawa mereka dalam arena konflik berkepanjangan. (*)

Copyright © ANTARA 2007