Bekasi, Jawa Barat (ANTARA News) - Kontraktor proyek pembangunan Jalan Layang tol Jakarta-Cikampek menggunakan teknologi Sosrobahu yang diklaim mampu meminimalisasi dampak kemacetan lalu lintas selama proses pengerjaan berlangsung.

"Teknologi Sosrobahu dalah salah satu produk teknologi karya bangsa kita sendiri yang dapat menekan dampak gangguan lalu lintas akibat pekerjaan pembuatan tiang atau pilar jembatan," kata Pimpinan Proyek PT Jasa Marga Jalan Layang Jakarta-Cikampek, Iwan Dewantoro, di Bekasi, Minggu.

Menurut dia, pemanfaatan lahan proyek di median jalan tol Jakarta-Cikampek mulai KM9 hingga KM47 diklaim tidak berdampak pada penyempitan lajur jalan.

Menurut dia, pihaknya telah menyediakan detour atau lajur pengganti di sisi kiri dan kanan jalan tol eksiting, sehingga jumlah lajur tetap terjaga layaknya situasi normal.

"Penggunaan teknologi Sosrobahu pada prinsipnya adalah pada saat pembuatan kepala pier dibuat sejajar dengan sumbu jalan, setelah itu baru dilaksanakan pemutaran kepala pier dengan Sosrobahu," katanya.

Dengan metode pelaksanaan ini, kata dia, maka tidak akan ada dampak kemacetan karena aktivitas proyek selama pembangunan di jalan tol yang kini sudah berjalan.

"Karena pembuatan kepala pier dan pemutarannya masih dilakukan dalam area kerja," katanya.

Saat disinggung terkait masih terjadinya kemacetan pada jam sibuk maupun libur kerja, Iwan beralasan hal itu akibat dampak dari rasio kapasitas jalan yang belum sebanding dengan volume kendaraan.

"Kemacetan di jalan tol Jakarta-Cikampek karena memang rasio kapasitas jalan berbanding Volume Kendaraan sudah sekitar 1.3 (macet), yang artinya pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek memang diperlukan penambahan kapasitas lajur," katanya.

Menurut dia, proyek jalan layang Jakarta-Cikampek bukan hanya poyek investasi, tetapi juga merupakan solusi untuk mengurangi himpitan kemacetan karena kurangnya kapasitas jalan yang ada saat ini.

Dikatakan Iwan, pihaknya saat ini juga tengah berkoordinasi dengan dua penyelenggara proyek lainnya yakni Light Rapid Transit dan kereta cepat yang sama-sama memanfaatkan lahan jalan tol.

"Jasa Marga melalui konsultan manajemen konstruksi melakukan sinkronisasi jadwal kegiatan pekerjaan yang paling baik dalam mengurangi potensi kemacetan lalu lintas dan juga mekanisme pengaturan lalu lintasnya," katanya.

Iwan menambahkan, proyek jalan layang yang telah berjalan sejak Juni 2017 tersebut diproyeksikan rampung sepenuhnya pada Juni 2019.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017