Surabaya (ANTARA News) - Marinir kembali membantah tuduhan berbagai pihak yang menyebutkan bahwa penembakan yang menyebabkan tewasnya empat warga yang menghuni lahan di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Grati, Pasuruan, Jatim, akibat penembakan langsung. "Marinir tidak gila. Gila apa, mau menembak warga secara langsung?. Sejak tahun 1945 Marinir itu tidak pernah bermusuhan dengan rakyat," kata Kasipen Pangkalan Marinir (Lanmar) Surabaya, Mayor (Mar) Djentayu, kepada ANTARA di Surabaya, Senin. Ia mengemukakan secara logika, kalau penembakan itu dilakukan secara langsung, maka anggota tubuh yang terkena tembakan hancur. Buktinya para korban mengalami luka yang tidak menyebabkan luka besar atau kehancuran di tempat sasaran. "Karena itu, tolong semua pihak berkomentar secara sejuk dan jangan justru mencari masalah baru dari peristiwa ini. Kami semua prihatin dan menangis atas peristiwa ini. Karena sekali lagi, Marinir tidak pernah bermusuhan dengan rakyat," ujarnya. Mengenai komentar warga yang menyebutkan bahwa Marinir melakukan teror kepada mereka, hal itu semakin menunjukkan bahwa mereka justru berbohong. Bahkan tim Marinir menemukan adanya pendatang yang ikut "bermain" dalam kasus, hingga menimbulkan bentrokan itu. Soal tuduhan Marinir telah merencanakan pembunuhan, ia menegaskan bahwa hal itu sesuatu yang tidak mungkin. Kalau memang direncanakan, tidak mungkin pembunuhan dilakukan secara terbuka seperti itu. "Pasukan Marinir itu sangat terlatih untuk membunuh orang, makanya tidak mungkin seperti itu. Kalau berniat membunuh, caranya langsung dihilangkan dan tidak usah ramai-ramai. Itu kan yang selalu dilatihkan kepada anggota Marinir," paparnya, menegaskan. Ia berharap, tim Kontras juga tidak mudah mengeluarkan pernyataan yang tidak didukung oleh bukti nyata. Ia mengemukakan bahwa semua yang dilakukan oleh Marinir di Puslatpur tidak ada kaitan dengan pekerjaan PT Rajawali. "Marinir tidak punya hubungan apa-apa dengan PT Rajawali. Marinir murni mengadakan latihan perang di sana. Marinir hanya pemakai dari lahan itu. Soal PT Rajawali itu mungkin berhubungan dengan Inkopal, saya tidak tahu," ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007