Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta akan segera mengkaji kembali peta daerah rawan longsor di lima kabupaten/kota untuk mendukung upaya mitigasi bencana longsor menghadapi musim hujan.

"Peta rawan longsor akan terus kami perbarui untuk mengantisipasi kemungkinan adanya retakan-retakan baru," Kepala Bidang Operasional Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Endro Sambodjo di Yogyakarta, Jumat.

Menurut Endro, selain melibatkan jajaran BPBD di lima kabupaten/kota, pengkajian peta rawan longsor akan melibatkan para relawan dan komunitas masyarakat. "Perwakilan masyarakat kami libatkan karena mereka yang mengetahui secara langsung tanda-tanda di daerahnya," kata dia.

Ia mengatakan sebelumnya, sesuai pemetaan BPBD DIY pada 2016 terdapat 16 kecamatan yang memiliki kategori rawan longsor, yakni kecamatan Dlingo, Imogiri, Pleret dan Piyungan (Bantul), Kecamatan Kokap, Pengasih, Girimulyo, Samigaluh, dan Kalibawang (Kulonprogo), Kecamatan Patuk, Gedangsari, Ngawen, Nglipar, Semin dan Ponjong (Kabupaten Gunungkidul) dan Kecamatan Prambanan (Sleman).

"Khusus Kota Yogyakarta kerawanan bencana cenderung mengarah pada luapan air atau banjir," kata dia.

Komendan TRC BPBD DIY Wahyu Pristiawan mengatakan upaya relokasi akan terus didorong kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah paling rawan longsor, seperti di Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul.

Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan awal musim hujan, kata dia, akan terjadi pada pertengahan November 2017. Wilayah-wilayah yang masuk ke musim hujan terlebih dulu diantaranya Sleman bagian utara (kawasan Merapi), sebagian besar Sleman, Kulon Progo, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017