Jakarta (ANTARA News) - Pakar psikologi politik Profesor Hamdi Muluk mengingatkan adanya upaya pembentukan opini bahwa Indonesia adalah negara salah format sehingga harus diformat ulang.

Menurut Hamdi, persoalan yang semestinya bermuara pada manajemen, seperti masalah korupsi dan keadilan, ditarik sedemikian rupa seolah persoalan itu muncul karena format negara ini yang tidak benar.

"Sehingga sebagian anak muda kita begitu percaya dan berpikiran negara ini nggak bener ya formatnya. Itu yang terjadi dan harus diwaspadai," kata Hamdi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Ditambah lagi dengan adanya pihak-pihak yang masih saja mengungkit-ungkit masalah pribumi dan nonpribumi, penduduk lokal dan tidak lokal, gubernur Muslim dan gubernur non-Muslim yang membuat masyarakat bangsa ini terpecah.

"Itu biasanya politisi atau orang-orang yang punya ideologi lain yang tidak suka dengan Indonesia, termasuk kaum radikal yang ingin mendirikan negara khilafah dan segala macam," katanya.

Dikatakannya, sejarah menunjukkan bahwa terbentuknya negara dan bangsa Indonesia memang berasal dari berbagai suku dengan budaya dan agama berbeda-beda yang menyatukan diri sebagai sebuah bangsa karena persamaan nasib akibat penjajahan.

"Harusnya persoalan-persoalan bahwa kita ini plural, kita ini beda keagamaan, beda budaya, dan sebagainya sudah selesai," kata guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.

Memang, kata dia, jumlah pihak yang mempermasalahkan NKRI dan Pancasila lebih sedikit dibandingkan dengan yang menganggap bentuk dan dasar negara ini sudah final. Namun demikian, perlu diwaspadai agar kelompok yang besar ini tidak terbawa arus, terutama kalangan muda.

"Mahal sekali ongkosnya kalau generasi muda berpikir mengganti negara dengan khilafah atau berideologi selain Pancasila. Pasti akan ada disintegrasi. Ini yang harus disadari anak muda kita," katanya.

Untuk itu, selain didorong untuk berkarya yang terbaik di bidang masing-masing, pemuda zaman sekarang juga harus didorong mempelajari apa yang dilakukan pemuda zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka.

"Mau apa pun sukunya, apa pun agamanya, semuanya bisa bersatu bahu membahu dan berkorban demi kemajuan bangsa. Kita jangan mau kalah dengan bangsa lain," katanya.

(T.S024/R010)

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017