Yogyakarta (ANTARA News) - Raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, mengatakan bahwa manusia yang memiliki hati rusak akan kehilangan martabat dan jati dirinya. "Mereka akan menjadi budak nafsu yang cenderung melakukan apa saja yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan," katanya pada Mujahadah Akbar Peringatan 260 Tahun Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, di Bangsal Pancaniti, Jumat malam. Menurut dia, manusia seperti itu akan merampas hak orang lain, menindas, membunuh, memprovokasi, menghalalkan segala cara untuk mewujudkan kehendaknya, bahkan menjadi manusia yang menebar penyakit dan bencana bagi umat manusia. Oleh karena itu, bagi seorang mukmin yang sadar bahwa perjalanan dunia hanyalah perantauan sesaat akan selalu melakukan mujahadah untuk membersihkan jiwa, dan menghiasi keheningan malam dengan tahajud untuk mengisi kalbu dengan istighfar. Sultan HB X mengatakan, itulah percikan hikmah yang dapat dipetik dari Mujahadah Akbar tersebut untuk membimbing manusia agar di tengah hidup yang makin sulit dan bersifat bendawi dalam tatanan pergaulan yang kian beringas lebih memperbanyak tahajud dan istighfar. "Jika semua itu kita lakukan, saya percaya akan menumbuhkan kedamaian jiwa, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW bahwa barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah SWT akan memberikan ketenangan batin, melepaskan dari segala kesempitan, dan memberi rezeki secara tidak terduga," kata Sultan, yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mujahadah Akbar yang dipimpin KH Misbahul Munir itu diikuti ribuan orang dari berbagai kota di Jawa dan Madura, termasuk sejumlah kyai, yang memadati Bangsal Pancaniti dan Keben Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebelum Mujahadah Akbar, sejumlah kyai diterima Sultan HB X di Gedhong Jene Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sejumlah kyai itu, antara lain KH Sahal Mahfud dari Pati, KH Mustofa Bisri (Rembang), KH Dimyati Rois (Kendal), KH Syaroni Ahmad (Kudus), KH Idris (Kediri), KH Agus Ali (Sidoarjo), dan Zawawi Imron (Sumenep). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007