Denpasar (ANTARA News) - Seorang atlet angkat berat difabel asal Bali Ni Nengah Widiasih ingin mewujudkan harapannya untuk meraih medali emas pada kejuaraan Asian Para Games 2018 yang akan diselenggarakan di DKI Jakarta Oktober mendatang.

"Saya ingin mewujudkan harapan saya untuk meraih medali emas, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018 di Jakarta," kata Widiasih di sela sosialisasi olahraga Asian Para Games (APG) 2018 di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan meski memiliki keterbatasan fisik dirinya tak akan menyerah untuk mewujudkan harapan meraih prestasi di cabang olahraga tersebut.

Widiasih menuturkan kisah hidup dengan keluarganya, bahkan ia sempat "melawan" orang tuanya ketika harus meninggalkan kampung halaman di Desa Kubu, Kabupaten Karangasem untuk mengikuti kejuaraan di Solo, waktu itu.

"Ayah saya sempat melarang pergi, tapi saya tetap ngotot. Dan akhirnya diberikan. Bahkan orang tua saya memberikan motivasi agar menjadi juara dalam setiap kejuaraan," ujarnya.

Kehadiran Widiasih dalam olahraga angkat berat sebenarnya secara tak sengaja. Ketika itu baru duduk di kelas V SD. Karena sering melihat kakaknya berlatih angkat berat, ia perlahan mulai tertarik. Apalagi saat itu ada pelatih yang begitu semangat membantunya.

Bahkan kenang Widiasih, sang pelatih bernama Ketut Wija paling banyak memotivasinya untuk berlatih olahraga tersebut.

"Tiap hari saya sudah ditunggu di rumah untuk diajak latihan. Bahkan nyaris setiap hari dilalui tanpa latihan. Ketika duduk di kelas satu SMP saya sudah ikut kejuaraan,? jelas wanita kelahiran 12 Desember 1989 ini.

Pada kejuaraan untuk para atlet difabel tingkat Asia Tenggara (ASEAN Para Games) di Thailand, Widiasih meraih medali perunggu.

Pada ajang ASEAN Para Games berikutnya di Kuala Lumpur, ia meraih medali perak. Di dalam negeri, ia langganan medali emas seperti pada kejuaraan atlet difabel di Solo dan Bali. Konsisten, Widiasih berjuang di kelas 41 kilogram atau 45 kg.

"Sekarang saya konsen di kelas 45 kg. Karena tak harus diet makan. Apalagi kekuatan lawan (atlet China) kebanyakan bermain di kelas itu," ucapnya.

Di tingkat Asia, nama Widiasih menjadi perhitungan. Pada Asian Para Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, sukses menyabet medali perak untuk angkatan 93 kilogram. Pada Kejuaraan Dunia Angkat Berat di Dubai pada 2016 meraih perunggu dan di Rio de Janeiro berhasil untuk pergelaran Paralimpiade 2016, ia meraih perunggu.

Menurut Widiasih, keseriusan menjadi salah satu modal besarnya. Karena pada kejuaraan itu, Indonesia menjadi tuan rumah.

"Saya akan berjuang dan berusaha agar bisa meraih prestasi lebih baik," kata Widiasih didampingi Direktur PR Media INAPGOC Ashgindo Fachreza Nasution.

Menurutnya lawan terkuat di kelasnya adalah atlet dari China. Hampir di semua kelas atlet China ada. Ini sebuah tantangan berat, tapi kami tetap berjuang secara maksimal.

"Saya berupaya bisa mengangkat beban 120 kilogram (kg). Sebab atlet China yang meraih emas angkatannya 116 kg. Dan untuk kelas 45 kg selama ini didominasi Asia. Jadi kalau bisa juara maka peluangnya jadi juara dunia. Saya mohon dukungan dan doanya dari masyarakat Indonesia," katanya.

Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017