Surabaya (ANTARA News) - Konferensi kakao internasional keempat yang diikuti sejumlah negara produsen maupun pembeli (buyer) dijadwalkan dilangsungkan di Nusa Dua, Bali, pada 28-29 Juni 2007. Wakil Sekjen Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Isdarmawan Asrikan, di Surabaya, Rabu, menjelaskan, konferensi bertema "Kerjasama Berkelanjutan Perkakaoan Dunia" itu menurut rencana dihadiri pula para pakar kakao serta asosiasi kakao di dunia. Menurut dia, delegasi yang telah menyatakan kesediaannya hadir dalam konferensi di antaranya dari Federasi Perdagangan Kakao Dunia, Asosiasi Kakao Pantai Gading, Asosiasi Pedagang Kakao Amerika, asosiasi dari Ghana, asosiasi kakao Asia dan lainnya. Dalam konferensi tersebut, kata Isdarmawan yang juga Ketua Askindo Jatim, akan dibahas berbagai isu global yang terkait dengan permintaan pasar, peluang kerjasama dan program pengembangan kakao secara berkelanjutan dan lain sebagainya. "Situasi perkakaoan di Indonesia, kebijakan dan regulasi sektor agribisnis, peluang investasi dalam perkakaoan Indonesia juga akan dibahas dalam pertemuan tersebut," katanya menambahkan. Lebih lanjut ia mengemukakan, sejak krisis ekonomi pada 1997, produksi kakao Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Bahkan, produksi kakao Indonesia saat ini mencapai 500 ribu ton per tahun, atau menempati urutan ke tiga produsen kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia diharapkan akan menjadi negara produsen kakao terbesar dunia pada 2010, sehingga nantinya akan mendukung perolehan devisa negara serta kesejahteraan masyarakat, utamanya msyarakat yang menekuni sektor agribisnis. Sektor agribisnis saat ini, kata Isdarmawan, menghadapi tantangan yang tidak ringan, tidak hanya terkait dengan masalah produktivitas kualitas, tetapi juga tuntutan pasar yang menghendaki produk yang lebih baik, sehat dan ramah lingkungan. Sementara itu, tanaman kakao di Indonesia sebagian besar dikelola petani tradisional, sehingga produktivitas dan kualitasnya relatif masih rendah. Selain itu, kendala yang dihadapi adalah jika harus memasok secara kontinyu. "Karenanya, investasi dan kerjasama dalam produksi, riset dan pengembangan serta pemasaran merupakan langkah penting untuk pengembangan kakao nasional," ucap Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007