Bandung (ANTARA News) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher pun ingin industri jasa keuangan (IJK) khususnya yang ada di Jawa Barat dapat berperan aktif dalam mengembangkan dan penguatan sektor riil.

"Kita ingin terus mengembangkan keuangan kita, jasa keuangan kita dalam rangka mengokohkan sektor riil yang menjadi ujung tombak pertumbuhan perekonomian kita," kata Gubernur Aher dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 yang digelar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 2 Jawa Barat di Bandung, Selasa.

Pada 2017 sektor industri jasa keuangan (IJK) di Jawa Barat tumbuh positif dan hal ini sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Jabar yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Pada kesempatan tersebut Aher juga sempat menyinggung Suka Bunga Bank Indonesia yang semakin rendah dan suku bunga rendah ini harus bisa meningkatkan investasi, karena bagi para nasabah atau investor suku bunga rendah akan mampu meningkatkan investasinya.

"Suku bunga rendah memicu investasi, memicu sektor riil semakin berkembang, sehingga pertumbuhan ekonomi itu hadir dari pertumbuhan produksi atau out put yang sangat baik. Dan itulah real perekonomian yang menjadi harapan kita bersama-sama," kata Aher.

Selain itu, lanjut Aher, inflasi juga perlu dijaga dengan baik. Aher ingin inflasi rendah namun sebagai akibat dari?output?atau pertumbuhan produksi yang baik, serta meningkatnya investasi.

"Karena inflasi rendah tidak boleh bergembira kalau akibat dari suku bunga tinggi dan investasi mandeg," lanjut Aher.

"Pada saat bersamaan kita juga berharap peran OJK semakin kokoh, semakin kuat untuk menyehatkan dan mengontrol industri keuangan kita. Tadi diungkapkan bahwa salah satu penyakit industri keuangan yang menggerogoti itu adalah investasi versi bodong. Ternyata masih laku ya, ada saja baik investasi dalam industri jasa keuangan ataupun investasi industri jasa keuangan berorientasi ibadah. Harus hati-hati dan teliti," kata Aher.

Sementara itu Kepala OJK Regional 2 Jawa Barat Sarwono dalam laporannya menyampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat selama 2017 terjaga cukup baik, yaitu pada Triwulan III tahun 2017 tercatat 5,19 persen.

Kondisi tersebut sejalan dengan kinerja industri jasa keuangan Jawa Barat yang cukup stabil dan mengalami pertumbuhan pada 2017.

Sektor Perbankan tetap mengalami pertumbuhan (ytd), dengan pertumbuhan aset 8,31 persen, DPK 7,77 persen dan kredit 6,31 persen walaupun pertumbuhan ini sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, fungsi intermediasi perbankan tergolong cukup optimal dengan LDR yang berada pada kisaran 90,09 hingga 91,33 persen dan NPL yang masih cukup terkendali pada level 4,01 persen.

Sementara dari sisi kinerja BPR/S di Jawa Barat mengalami pertumbuhan positif (ytd), yaitu pertumbuhan aset 7,27 persen Dana Pihak Ketiga 7,00 persen dan kredit 9,48 persen.

Fungsi intermediasi BPR pun tergolong cukup tinggi, tercermin dari tingkat LDR rata-rata 101,01 persen namun dengan NPL yang cukup tinggi yaitu pada level 7,00 hingga 8,83 persen.

Dari sektor pasar modal juga menunjukkan perkembangan yang positif. Sepanjang 2015-2017 total penghimpunan dana melalui pasar modal telah mencapai angka sebesar Rp 17,5 triliun yang dilakukan melalui penawaran umum, penawaran umum terbatas, Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sejalan dengan dilakukannya pembangunan infrastruktur Bandara Kertajati.

Sementara itu, IKNB Jawa Barat selama setahun terakhir juga mengalami pertumbuhan yang positif dengan piutang pembiayaan yang tumbuh 10,37 persen (yoy) serta perbaikan risiko kredit bermasalah (NPF) yang tercatat dikisaran 2,64 persen atau turun dibandingkan posisi Juli 2017.

Kinerja IKNB lainnya di Jawa Barat berupa LKM yang saat ini berjumlah 18 kantor, juga mengalami pertumbuhan dengan jumlah aset tercatat sebesar Rp 414,42 miliar, termasuk di dalamnya adalah 4 LKMS yang baru beroperasi pada Oktober 2017.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018